Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Palu Kedaulatan Patah

  Para peludah api telah memuntahkan peluru. Pagi penuh suka cita sore memporakpanda Mematahkan palu kedaulatan untuk rakiyat,   Entah berpihak pada siapa mereka Masihkah ada secuil nalar tanggalkan syahwat menguar Biarkan dia bercengkrama dengan tengara   Dan kini hanya bisa meratapi tanpa sanggup mengerti. Rakiyat hanya "konstanta" belaka. Ada tapi tak bermakna.   Ingatlah Ambisi akan menghantarkan - mencapai puncak keinginan. Namun semesta   tak ingkar janji - pasti akan tunjukkan jati diri. Takkan lagi menopang - saat ambisius temukan ambang.   Kami tak ingin, karena memaksakan diri, Membawa negri loh jinawi Merebah lelah di penghujung senjakala   IdaMoeridDarmanto, lereng SuSi (Sumbing SIndoro)/16Okt23

Perempuan tangguh dari Negri Bahari

  Tak pernah sedikitpun terbersit Saban hari berkubang gigil Menggeret kapal dari buritan Menuju samudra karib harian   Sepuluh tahun lampau. Sunarti dan   perempuan lain dari Timbulsloko, Demak Hanyalah seorang ibu yang lemah Tak lelah menanti sembari merepihkan sebait doa   Untuk para suami pejuang Mengarungi   dahsyatnya samudra Membawa hasil tangkapan ikan Bagi keberlangsungan kehidupan keluarga   Karena perubahan iklim berdampak Kini ia terpaksa bergelut dengan ombak Melakoni pekerjaan bukan angan Hanya karena tak ada pilihan Mencari secuil harapan Agar mampu bertahan dari gempuran zaman   Para perempuan bahari tangguh Riyawatmu telah berubah Kepasrahan menjadikan perkasa Kokoh menjadi penyangga utama Lereng Susi/6 OKtober 2023

Elegi "Lemak" Bersaksi

Pada sepertiga harus terhenti, memberi ruang bayu dan tirta berkelana mengisi lorong-lorong,  Aku abaikan! Nafsu tengah membekap,   melahapkan semua ingin pada mulut-mulut lebar, penuhi labirin setiap saat, tinggalkan jejak tapak demi setapak. Tak peduli pada sebuah realita, bahwa pada rongga- rongga tersisa, seluruhnya berdetak menuju zenit, memuntahkan gumpalan lahar-lahar membelit. Tiga bulan dalam ketamakan, dia terus membungakan keinginan, meski sejenak telah memberi tanda nada bukan sebuah lapar   hanya sebuah nafsu membesar. Kini di tiga bulan mengulum hawa, lemak darah meniti tangga puncak, menggumpalkan sesal pada aliran, sebagian menggelambirkan pada perut membusung, sebagian berkelana mencari jatidiri menjejalkan segala nyeri. Tertatih langkah kaki menahan derita, tetiba dunia menjadi gelap! Sebelum terkapar jatuh ke tanah, mata nanar, tengkuk serasa diikat batu, berat dan tinggalkan memar. Dalam ketidakberdayaan sayup terdengar petuah lama dari paderi di ujung n