Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

Palu Kedaulatan Patah

  Para peludah api telah memuntahkan peluru. Pagi penuh suka cita sore memporakpanda Mematahkan palu kedaulatan untuk rakiyat,   Entah berpihak pada siapa mereka Masihkah ada secuil nalar tanggalkan syahwat menguar Biarkan dia bercengkrama dengan tengara   Dan kini hanya bisa meratapi tanpa sanggup mengerti. Rakiyat hanya "konstanta" belaka. Ada tapi tak bermakna.   Ingatlah Ambisi akan menghantarkan - mencapai puncak keinginan. Namun semesta   tak ingkar janji - pasti akan tunjukkan jati diri. Takkan lagi menopang - saat ambisius temukan ambang.   Kami tak ingin, karena memaksakan diri, Membawa negri loh jinawi Merebah lelah di penghujung senjakala   IdaMoeridDarmanto, lereng SuSi (Sumbing SIndoro)/16Okt23

Perempuan tangguh dari Negri Bahari

  Tak pernah sedikitpun terbersit Saban hari berkubang gigil Menggeret kapal dari buritan Menuju samudra karib harian   Sepuluh tahun lampau. Sunarti dan   perempuan lain dari Timbulsloko, Demak Hanyalah seorang ibu yang lemah Tak lelah menanti sembari merepihkan sebait doa   Untuk para suami pejuang Mengarungi   dahsyatnya samudra Membawa hasil tangkapan ikan Bagi keberlangsungan kehidupan keluarga   Karena perubahan iklim berdampak Kini ia terpaksa bergelut dengan ombak Melakoni pekerjaan bukan angan Hanya karena tak ada pilihan Mencari secuil harapan Agar mampu bertahan dari gempuran zaman   Para perempuan bahari tangguh Riyawatmu telah berubah Kepasrahan menjadikan perkasa Kokoh menjadi penyangga utama Lereng Susi/6 OKtober 2023

Elegi "Lemak" Bersaksi

Pada sepertiga harus terhenti, memberi ruang bayu dan tirta berkelana mengisi lorong-lorong,  Aku abaikan! Nafsu tengah membekap,   melahapkan semua ingin pada mulut-mulut lebar, penuhi labirin setiap saat, tinggalkan jejak tapak demi setapak. Tak peduli pada sebuah realita, bahwa pada rongga- rongga tersisa, seluruhnya berdetak menuju zenit, memuntahkan gumpalan lahar-lahar membelit. Tiga bulan dalam ketamakan, dia terus membungakan keinginan, meski sejenak telah memberi tanda nada bukan sebuah lapar   hanya sebuah nafsu membesar. Kini di tiga bulan mengulum hawa, lemak darah meniti tangga puncak, menggumpalkan sesal pada aliran, sebagian menggelambirkan pada perut membusung, sebagian berkelana mencari jatidiri menjejalkan segala nyeri. Tertatih langkah kaki menahan derita, tetiba dunia menjadi gelap! Sebelum terkapar jatuh ke tanah, mata nanar, tengkuk serasa diikat batu, berat dan tinggalkan memar. Dalam ketidakberdayaan sayup terdengar petuah lama dari paderi di ujung n

Langit Biru Palestina, Riwayatmu.

 

Aku Ingin Seperti Pohon

  Ia ikhlas menjalani takdir   Tak pernah meminta pada Tuhan   Atas jalan kehidupan yang hendak dilalui    Ia mampu   melebat di tempat basah     Namun mampu pula bertahan di lahan kerontang      Seraya menasbihkan kalamMu.        Tak pernah memilih siapa yang menanam      Entah orang kaya orang miskin, laki-laki perempuan      Orangtua kanak-kanak, orang normal orang gila      Pohon selalu menggairah, terus bertumbuh        Akar kuat menggenggam bumi     Batang   tumbuh menantang langit    Dahan mencuat ke samping   Ranting mengangguk angguk   Daun rimbun memayungi jiwajiwa rengsa Mengalunkan sajak tentang sejuknya sepoi.   Lereng Susi/ Iedul Fitri/22 April 2023 #telah terbit dalam Antologi "Pohon"

Pohon Rambutan di Rumah Embah

  Ada setumpuk kenangan Melihat pohon rambutan di halaman depan Tidak berubah meski terlihat renta Berdiri tegak di secuil tanah harapan Terdekap oleh temboktembok angkuh   Sesekali terdengar gemerisik daun Desaunya menggerayang jiwa Menari bersama sepoi angin Mengirimkan sececap rindu Atas sejuk menggelayuti raga   Dia mengajariku tentang sebuah elan Tak letih terus bertumbuh Meski tak ada lagi sudi melirik Atau sekadar   menyapanya   Seperti dulu saat masih kanak, Saban hari tak lelah memelukmu erat Meniti pelan menjulang ke atas Seakan hendak menembus langit Berhenti untuk bercengkrama Pada dahan dahan kuat   Ia tak pernah patah hati, Meski gerumbul rambutan dipetik berkali Ia tetap setia pada janji Memberikan kenangan termanis yang dimiliki   Lereng Susi, 6 april 2023 #Terbit Dalam Antologi "Pohon"  

(Puisi) Tarian koruptor

Semua mata tertuju   saat hakim ketuk palu Sang pecundang menatap jeri Sorai menggema bagai angin sendalu Raganya harus berada di balik jeruji Kalender telah berganti lembaran Kuasa dan keserakahan tetap menjadi dewa Di balik tembok-tembok keangkuhan Liurnya mengganas,   menjadi sabda   Dia temukan segerombolan nafsu Melenggokkan tarian erotis menawan Di balik tembok- tembok ambigu Terpegang siapa ada dalam genggaman   Saat pintu terbuka lebar Tanda   raga terlepas dari kungkungan Dia mulai mainkan   jerat menjalar Mencari mangsa untuk berkelindan Dibalik tipuan senyum samar Coba mengeruk semua sesuai angan   Sejarah telah bicara,   Koruptor tetaplah pencuri uang rakyat. Meski nada dilagukan selaksa ode Nestapa rakyat menjadi semburat Sejatinya otaknya telah terdikte Tujuan hanyalah kekuasaan syahwat   Masihkah akan kau pilih dia? Kelak   membawa negeri elok Yang amat kucinta ke penghujung senjakala?   Lereng Susi, 28 Agustus 2023

Kulihat Pelangi Bersamamu

Gambar
foto IdaMoerid Darmanto Saat jiwa hanya mampu membaca Hitam putih pada semua perkara Dengan senyum jenaka tanpa sepatah kata Berlahan kau berikan abuabu di sana    Aku menolak   Kamu diam  Aku berontak   Kamu tetap memeram  Arsiran abstrak   Tak pernah lelah Ruang kosong kau lukis Menorehkan sepenggal kisah Tipiskan sekat pada garis   Engkau tahu saat aku bergumam Rasa ini terus menyeruak Bagiku putih hitam Fakta bijak   Kini, baru kusadari duapuluh empat tahun menerangi Kesabaranmu laksana matahari Terus semangat memberi imaji Marcapada ada kala berdimensi   Kau berikan seluruh bias pelangi Menjadikan hidup  berwarna warni Terima kasihku ya Rabbi Atas hembusan rahmat illahi   Nyalaku kembali rekah Kau bukan hanya sekadar indah Kau tak akan terganti   10 Juli 2023  

Kematian itu (sebuah) Pesan

Gambar
Kita tak pernah tahu  Kapan Izrail datang menuju Bisa jadi saat kita tertawa palsu Ditengah himpitan hidup nan sahdu Atau memang tengah tersedu Atas luka tak kunjung berlalu Mampukah kita mengelak Atau kita masih berlagak congkak? Manakala Izrail menjalankan titah tak berjarak Dari pemilik semesta tempat kita berpijak Belajarlah dari kematian Isa siang ini Dia membawa pesan berdimensi Bagi insan insan pencari mimpi Bersiaplah bekal sebanyak yang kau sanggupi Untuk menjemput kematian hakiki  Lereng Susi,  8 Juni 2023

Puisi Suara Hati

Gambar
Adalah puisi sejati Untaian aksara menari indah Ungkapan lariklarik rasa hati  Atas ketidakadilan di jagat bumi Puisi bukan untuk menjilati  Ludahludah tumpah ruah  Selubungi mata batin suci Atas kenyataan yang tak bisa dipungkiri Puisi bukan untuk memunguti  Recehreceh berserakan bak sampah Merangkak untuk mendapati  Setangkup jura di panggung selebrasi  Di tengah hiruk pikuk kini Dia berpuisi memekakkan sanggurdi  Seolah paling berjasa untuk semesta  Memperhatikan segalanya dengan penuh cinta  Tak usahlah kau asah mata batin  Lihatlah dengan mata telanjang  Seluruh ceruk dipenuhi pundipundi  Hingga akhirnya puisi lelah berkelana LerengSuSi,11 Juni 2023

Al-Anam : Lima Puluh Tiga

  Saat sisi liarku meronta Melihat dunia penuh pesona Pertanyakan keadilan Tuhan Iri dengki menghentak di dada Bergelinjang menebar lara   Dalam gundah gulana Kuambil buku di meja Kusimak kata per kata Netra tertumbuk satu kalimah   Al-Anam lima puluh tiga Allah akan uji sebagian miskin dari mereka Dan diuji sebagian menjadi kaya Hingga manusia berkata : “orang macam inikah diantara kita yang diberi anugerah olehNya?”   Ingatlah duhai hati nestapa DIA tahu tentang kita Siapa yang senantiasa Berucap syukur padaNya   Sunatullah telah bergema : hidup miskin – hidup kaya : hati susah – hati senang : orang tua – anak muda, Berserak di segala penjuru fana Kita adalah sama Pembeda hanyalah taqwa   Duhai Pembuat Jiwa Tenang Luruh sudah gelisah menerpa Qada dan qodar telah bersabda Semua atas kehendakNya Lereng Sumbing Sindoro, 20 Januari 2015 repost 5 September 2022          

Rasa yang Kupintal

  Pada gemuruh rasa Endaplah di relung terdalam Bukan untuk diumbar Hanya sekedar penggugah jiwa terperam * Pada gelegar rasa Kututup dengan seksama Agar tak pekakkan lara Yang kerontang dalam jiwa * Pada selubung rasa Tak koyak terbalut masa Dari terbenamnya bintang Hingga lembayung senja menjelang * Pada bilur bilur rasa   Kupintal dengan sepenuh jiwa Antara torehan ancala cita dan asa Dalam endapan senandung penuh makna * 10 Juli 2017, #ditulis untuk seseorang yang telah mengisi separuh hati #peringatan ke 16 pernikahan

10 Dzulhijah

  Pada tatap mata sayumu, Kutemukan tunduk agung, Rebahkan raga tanpa ragu, Di pelataran laksana panggung#   Tak kau sesali jalan hidup ini, Tertoreh garis pasti, Ikuti sabda Illahi Rabbi, Gantikan Ismail penuhi janji Ibrahim nan suci#   Mata pejam tanpa embik dan lenguh, Nikmati alunan takbir penuh, Tak sadar belati menyentuh, Penggal kepala hingga berpeluh#   Sepuluh Dulhijah, Domba hantar ke surga tanpa pilah, Sang lembu bagi tujuh jiwa terpecah, Semata pengorbanan penuh pasrah.   LerengSUmbingSIndoro, 20 Juli 2021.  

Bertanya pada Izrail

 Pada kotak dalam genggam Bertalu genta kematian.. Kekadang terlintas dalam benak,  yaa Izrail  tidakkah kau lelah Menyambangi insan lemah? Tentu tidak!!! Karena lzrail tidak sepihak, Allah telah sempurnakan titah Mencabut jiwa jiwa rengsa Berpulang karena wabah para syahid dan syahidah Kami yang ditinggal berupaya tabah Mengasah asa mengatur langkah Semua berujung pada Lillah. Belum juga kering air mata,  Disusul sedih yang tak berujung, Harus kita sudahi. Perbaiki bacaan sholat kita, Perbaiki tilawah kita, Perbaiki aqidah kita, Hingga Izrail menyudahinya. Temanggung,  13 Juli2021. #LimaHariKepulanganLia #husnul Khotimah

Bahala Beringsut

Gambar
sumber foto CNN Indonesia Pada kotak dalam genggam  Bertalu genta kematian  Laksana genderang perang  Menggemakan tabir pesan  Tentang sebuah tujuan  Jiwa -jiwa rengsa meranggas.  Dan aku hanya mampu  Tertunduk luluh pilu  Repihan mantra doa sahdu  Bahala segera beringsut  Semesta tersenyum ranum  Geliat asa seluruh. Lereng SuSi, 29 Juni 2021 #si Renik itu ada #Jaga Kesehatan

Patroli Abadi

Gambar
  sumber gambar : infografis Menanti laut mencium bibir pantai, Diiringi nyanyian gelombang melodi Kan kutitipkan selarik mantra puisi Pada kalian para perwira penjaga negri   Limapuluh tiga kusuma telah memberi pelajaran berarti Bagaimana seorang patriot sejati tak pernah mati Namun melaksanakan tujuan tertinggi Menjaga lautan Indonesia tetap pada pangkuan ibu pertiwi   Harum asmamu sampai penghujung ufuk Tak lelah patroli abadi kau reguk Senantiasa siaga tanpa hiruk pikuk hingga bidadari di pintu surgaNya menanti kau peluk   #lerengSusi, 26 April2021      

Bumiku Ber-Anomali

  Pada rahim bumi yang lahirkan tunak Mengikat erat akar menyeruak Tebaran benih ilalang mendesak Tak pupus hilangkan jejak   Rimbun daun bersemai Di jemari ranting goyang melambai Batang kokoh kuat menggapai Semburat asa merangkai damai   Tuhan berikan bumi hamparan berpijak untuk bersanding makhluk tak berjarak menggali dan mengolah bumi tanpa merusak mengukir jejak kenaikan bertapak   Polah manusia tampakkan jati diri Nafsu kelola tak bisa kendalikan   hati Tumbangkan seluruh nyanyian merdu selebrasi Belantara nusantara digunduli Hingga jantung pertiwi beranomali    #LerengSusi, 02Juli2016         

Anomali Rasa

Gambar
Berbaur bagai seonggok sampah Kotor, hina tak berharga Buat apa berpolah kebajikan Tapi otak masih (saja) jalang Jelas tergambar nyata Bahwa kelakuan jalang terpampang Meski berkedok kelembutan Terasa men g oyak ketentraman Ampuni... ampuni   jiwa lemah Yang masih berbinar Melihat kefanaan Nurani berkata segan Tapi fakta berbicara melawan Di dada terhimpit sakit Mem baca pesan tersembunyi ditujukan untuk sang lancang dari perempuan yang terluka hati

(Haiku) Akhir Ramadhan

Gambar
diambil dari Pixbay.com Berdetak jantung Ramadhan di penghujung Buka selubung Tengadah asa Mengetuk pintu surga Merapal doa Raya mendekat Impikan peluk hangat Dan jabat erat Karna corona Hanya berikan jura Menjala cinta. Minal aidin Maafkan lahir batin Atas alpa kemarin. LerengSusi, 30Ramadhan1441 H/23Mei2020

Bukan Corona Yang Salah

  Janganlah keluar rumah dulu Jika kaupun tak ingin menyesal Gegara virus corona yang melanda Karna itu sungguh mematikan Bukan maksudku menitahimu Tak mudah untuk mengobatinya Jika kau terkena virus corona Maka tolong di rumah saja Tahan tahan saja dirimu dulu Tak usah engkau keluar melulu Meski berat terasa hatiku Tak rela engkau terluka Beri corona sedikit waktu Melebur bersama semesta membiru Mari kita kuatkan bersama Dirumah saja. By Ale.  Aufaro Wiradzkia Lereng SuSi.3 April2020. # diRumahAja # Waktu  yg salah mode on @Fiersa Besari