Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Ranting Patah

Di ketiak senja mendung berarak kelabu Tetiba jemu datang menghantu Ingin kugayut segera mau yang lenyap bersama hembusan bayu Sendu... * Aku bagai ranting patah Meski belum sempat bertunas cabang Segera menutup lembaran kisah Laksana serdadu   kalah perang Lemah... 25September2017, pagi mendungdiLerengSuSi, semendung hatiku di detik 07.48

Berbohong Yuuk

Dalam tayangan televisi beberapa kali kita saksikan seorang artis yang berantem dengan artis lain, saling menjambak, saling mencakar dan saling memukul. Di tayangan lain kita saksikan seorang aktor bertengkar dengan tunangannya bahkan ada tamparan menyakitkan yang ditonton banyak orang. Terakhir ada sajian di infortainment pertengkaran hebat antara suami istri dan terbetik berita tentang perceraian di antara mereka. Setelah energi pemirsa terkuras habis untuk mengikuti beritanya, ee…ternyata kejadian itu hanya kebohongan, hanya settingan semata dengan maksud untuk menaikkan rating sinetron yang akan dilakoni atau bahkan untuk menaikkan pamor si artis yang mulai meredup. Jamak terjadi di semua stasiun televisi untuk settingan tersebut, sehingga kebohongan sudah dianggap biasa dan lumrah. Mereka (me)lupa bahwa tontonan yang disajikan tersebut menjadi model/contoh bagi penonton. Ujung-ujungnya ada sebagian masyarakat meniru cara-cara yang dilakukan oleh si artis tersebut dalam me

Asyiknya "PENJILAT"

Pada keputusan terselubung i rasa Logika tak mampu lagi berkata Netra tertutup oleh realita Yang nampak semua terasa istimewa Angkuh dan congkak terus bertunak Berdalih atas nama lakon dalam ketoprak K adang (me) lupa di mana berpijak Terus bermain hingga mengundang decak Lakoni peran sewenang wenang T ak segera sadar telah berbuat lancang M ainkan perasaan bersilang H anya untuk kepentingan segelintir orang Tunggu,, tunggulah barang sejenak Jentera memutar   dan terus   menjejak Akan tiba masa di mana semua menyeruak Segera   tampak kejalanganmu tak berjarak  Lanjutan dari Sabda Api, 20 September 17

Sabda Api

Saat kuasa menjadi dewa Bahkan lewat udara pun nada bersabda Mampu menelurkan ngeri tanpa jeda Hingga tak sanggup melawan stigma . Entah apa yang ada diotak bebalnya Takut? Ewuh Pakewuh? Transaksi? Hingga tega memaksa sesuatu di luar logika  . Hai kau yang disana Hiya…. kau dengan senyum tanpa rasa Matamu berbicara beda Menyimpan sejuta rahasia . Liurmu sekarang menjadi sabda api Tapi ingat tak ada yang abadi di dunia Pada satu titik akan terhenti Semua terkunci tanpa pembela Bahkan si liur akan bersaksi Baik atau buruk yang terenda . Pada Penyair tua kubercerita Tentang cengkeram merajalela Dia hanya tersenyum dan berkata: Jangan tutup mata Tataplah dunia marcapada Hingar bingar penuh tipudaya . Biarkan hatimu bicara   Atau..       Diamlah          Karena diam juga bicara Lereng SumbingSindoro,19 September 2017