Berbohong Yuuk
Dalam
tayangan televisi beberapa kali kita saksikan seorang artis yang berantem
dengan artis lain, saling menjambak, saling mencakar dan saling memukul. Di
tayangan lain kita saksikan seorang aktor bertengkar dengan tunangannya bahkan
ada tamparan menyakitkan yang ditonton banyak orang. Terakhir ada sajian di
infortainment pertengkaran hebat antara suami istri dan terbetik berita tentang
perceraian di antara mereka.
Setelah
energi pemirsa terkuras habis untuk mengikuti beritanya, ee…ternyata kejadian
itu hanya kebohongan, hanya settingan semata dengan maksud untuk menaikkan
rating sinetron yang akan dilakoni atau bahkan untuk menaikkan pamor si artis
yang mulai meredup. Jamak terjadi di semua stasiun televisi untuk settingan
tersebut, sehingga kebohongan sudah dianggap biasa dan lumrah. Mereka (me)lupa
bahwa tontonan yang disajikan tersebut menjadi model/contoh bagi penonton.
Ujung-ujungnya ada sebagian masyarakat meniru cara-cara yang dilakukan
oleh si artis tersebut dalam menyikapi masalah yang sedang dihadapinya.
Tidak
hanya artis yang melakukan kebohongan di televisi. Para politikus terjerat kasus
korupsi dalam persidangan di pengadilan juga banyak berbohong. Dalam
tayangan terlihat si Angelina Sondakh mengaku tidak mempunyai Blackberry,
sementara dalam tayangan lain diperlihatkan pada waktu bersamaan
Angie tengah asyik memainkan gadgetnya. Atau kisah si MS Ka’ban mengelak
rekaman suara yang diperdengarkan di sidang tatkala meminta dana “sepuluh ribu”
kepada Anggoro. Saya tidak mengetahui kebenaran sesungguhnya siapa yang
berbohong di sini. Banyak sekali contoh lainnya dari para petingkah tersebut
dalam melakukan kebohongan publik dengan memberikan jawaban standar. SAYA
LUPA atau SAYA TIDAK INGAT atau
jawaban kepepet SAYA TIDAK TAHU.
Pernah
kita lihat dalam suatu tayangan, seseorang dianggap bersalah dan telah
“dihakimi” semua orang dengan mengecam habis-habisan. Tapi setelah sekian
bulan, dia muncul lagi di televisi dengan kemasan berbeda. Dia “merasa”
tidak bersalah dan tetap bergaya dengan suka cita. Lupa bahwa tingkah polahnya
telah terekam di benak jutaan pemirsa. Untunglah bangsa Indonesia merupakan
bangsa pemaaf dan bangsa pelupa dengan kejadian yang sudah terjadi biarlah terjadi. live must go on.
Coba
kita sadari, berbohong itu menguras energi luar biasa. Hati tidak akan
pernah tentram karena ada sesuatu yang harus ditutupi. Jiwa tidak tentram
akan menghilangkan kesejahteraan dalam hidup. Dalam kondisi tertekan seperti
itu akan memperpendek umur seseorang karena tidak pernah merasa nyaman dan
tenang. Dan satu yang pasti, kebohongan akan menimbulkan kebencian orang lain
karena dibohongi itu sangat menyakitkan.
Jadi
teringat waktu kecil sebagai pengantar tidur, Mbah pernah bercerita tentang
seorang anak petani sangat pemalas. Di saat orang lain giat bekerja di
ladang, si anak duduk santai di pinggir hutan. Karena tidak mempunyai
pekerjan itulah, timbul keisengan dari dirinya dengan berteriak bahwa dia
diterkam harimau. Saat mendengar teriakan si pemalas, orang - orang bergegas mendatangi
tempatnya berdiam di pinggir hutan. Dia hanya tertawa terbahak - bahak sambil
berkata : “bodohnya kalian mudah sekali kutipu”. Dengan kesal orang - orang
meninggalkan dia dan kembali melanjutkan bekerja di ladang.
Suatu
hari diulang kembali keisengannya dengan berteriak bahwa dia diterkam harimau.
buru buru orang berlarian menuju ke pinggir hutan untuk menolongnya. Namun apa
yang terjadi? Kembali dia hanya tertawa terbahak - bahak dan malah mengatai warga bodoh kok mau dibohongi sampai dua kali.
Hingga
pada suatu petang, terdengar lamat teriakan minta tolong. Namun penduduk yang
telah dibohongi dua kali mengambil pelajaran berharga untuk tidak buru-buru
mendekat ke pinggir hutan, mereka meyakini pasti hanya dibohongi oleh si
pemalas tadi.
Disaat
penduduk akan pulang dari ladang, mereka menemukan cabikan tubuh si pemalas. Si
pemalas itu benar-benar menemui ajal di pinggir hutan karena ditekam harimau
yang turun dari hutan karena kelaparan. Kebohongan dilakukan berulang kali
telah menjadi bumerang baginya. Nasi telah menjadi bubur…
Jadi
kalau kita udah pada bosan hidup, daripada bunuh diri mending berbohong saja.
Selain memperpendek umur karena hidup yang tidak pernah tenang. Resiko terdekat
saat berbohong yaitu dijauhi orang lain atau bahkan dibenci karena kebohongan
yang selalu dipelihara. Dan yang paling ekstrim akan digebugin orang sekampung
karena berbohong.
Jadi,,
berbohong yuksss..
Komentar
Posting Komentar