Postingan

Menampilkan postingan dengan label Fiksi

Sekeping Hati yang Tertinggal

  Aku tengah sibuk merapikan lembaran kertas yang berserakan di meja kerja saat si Devi karyawan baru bilang : “ Mbak, ada tamu.” Ah.. pasti si Joko, kemarin dia janji mau menyetorkan hasil olahan data untuk melengkapi laporan yang tertunda. Segera kulongok pintu dan mengedarkan pandangan di sekitar teras kantor. Tak kutemukan Joko di sana. Aku berpaling ke Devi dan bertanya : “Mana si Joko Dev, aku lagi deadline nihh!! Entar kena semprot pak Bos lagi”. “Tadi ada di depan kok mbak, nyari mbak Vina” : tukas Devi. Kesal kubalikkan badan. Tak kutemukan sosok Joko diantara kerumunan orang yang datang ke kantor pagi ini. Dengan agak tergopoh kupencet nomor telepon untuk memastikan di mana posisinya. Setelah tersambung, kutempelkan handphone di telinga sembari mataku menari - nari mencari sosoknya. Di seberang kudengar suara: “ Halo mbak, ada apaaaa? Sesuai janji jam dua aku setor datanya yaaa!” Belum sempat mulutku mendamprat Joko, aku tertegun. Mataku bersirobok dengan kerl

Kisah si Nenek Buta

Gambar
Gambar diambil dari www. puisi.com Cerita ini pernah saya tulis di blok bersama sekitar akhir 2014. Ketika membuka arsip di komputer, membaca ulang cerita tentang kelembutan hati Rasulullah, mendadak ingin menayangkan kembali di blog pribadi ini.  Semoga kita dapat mengambil hikmah, pun dari artikel usang yang terselip di arsip paling pojok bawah.  selamat membaca. *************************************************************************

Ketemu Yusuf Kalla

Gambar

Cerita Ketemu Setan

Sebenarnya ini cerita lama, tepatnya pada hari Ahad siang yang gerah tanggal 4 Nopember 2016   saya sholat dhuhur di masjid Asyifa RSUP Kariadi Semarang. Namun... "pesan" sepertinya masih "up to date"  untuk diceritakan  Dari pertama datang ke Mushola, tempat wudlu udah penuh orang. Setelah nunggu lumayan lama , Saya berangsur bisa masuk dan antri di depan WC. Ternyata air di ember WC sedikit karena aliran air sangat kecil. Mbak sebelum saya masuk toliet udah bilangin sih. Jadi saya bersiap dengan gayung mengambil air di tempat wudlu. Keluar dari toilet kok tinggal satu orang. Iseng kuambil ember di toliet untuk kuisi air dari kran wudlu yang mengalir deras, sembari mengambil wudlu. Tetiba datang seorang perempuan cantik laksana Cinderela memakai hijab super besar. Masuk ke WC dan teriak “waah.. airnya abis” selesai wudlu saya bilang.. “ini mbak, saya lagi nampung air” si embak cantik laksana Cinderela langsung ngoceh. “angkatin sini mbak,, cepeet”

Hujan...., Aku Membeku

Setiap gerimis datang, hatiku pasti bergolak. Semakin gerimis deras mengundang hujan, seketika gigil membelenggu badan . Aku ingin hujan segera berlalu dan ingin nikmati pelangi yang pasti datang setelah hujan mereda. *** ********* Di masa kecil, aku sangat bahagia bila hujan datang. Segera kusambut rintik dengan suka - cita. Bersama kak Sha kakak semata wayangku, kami berlarian di halaman menyambut hujan disertai senyum meneduhkan dari bunda. Yaaa.. bunda member i ruang bagi kami untuk bercinta dengan hujan. Di saat teman lain dilarang main hujan, takut pilek, takut batuk dan takut masuk angin, justru bunda selalu mengingatkan kami bila hujan datang. “ Lihatlah Nak,, tetesan berkah itu   akan segera memberi kehidupan pada rumput liar dan bunga anyelir di halaman rumah kita. Berdirilah di bawah air terjun itu Nak. Nikmati setiap tetes kehidupan dari Tuhan itu sebagai anugerah.” Begitu selalu ucap bunda menyuruh kami bermain air terjun di bawah talang rumah. Kami be

(fiksi) Ini Tentang Nadlira

Namanya Nadlira, tubuhnya mungil, tak sebanding dengan nyalinya yang begitu besar. Anak bengal, itulah gelar yang ia dapatkan semenjak kecil, bahkan sejak ia masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. “Awas, aku mau main ayunan!” teriak Nadlira pada temannya yang baru saja memegang rantai ayunan. Seketika temannya menyingkir, merelakan ayunan tersebut dikuasai oleh Nadlira. Tak pandang bulu, semua harus tunduk padanya. Laki-laki atau perempuan harus menuruti kemauannya. Bila tidak, maka ia akan segera berlari ke rumah dan melaporkan kejadian tersebut pada emaknya. Yaa.. rumah Nadlira persis di depan TK dimana dia bermain riang. Segera saja emaknya meninggalkan dagangan dan bergegas menuju TK tempat   Nadlira sekolah untuk mencari anak yang tidak mau mengalah dengan Nadlira. Ya Nadlira, harus selalu menang, begitu inginnya saat itu. Nadlira memang tak punya rasa takut barang sedikitpun. Saat melihat Nyaik temannya dinakali Edi dan Hakim, segera saja Nadlira mendatangi dan