Kisah si Nenek Buta




Gambar diambil dari www. puisi.com


Cerita ini pernah saya tulis di blok bersama sekitar akhir 2014. Ketika membuka arsip di komputer, membaca ulang cerita tentang kelembutan hati Rasulullah, mendadak ingin menayangkan kembali di blog pribadi ini.  Semoga kita dapat mengambil hikmah, pun dari artikel usang yang terselip di arsip paling pojok bawah. 
selamat membaca.

*************************************************************************


Seperti biasa pengemis miskin buta yang selalu duduk di pojok pasar itu teriak - teriak tidak karuan :
“Hai, jangan dengarkan dia. Dia hanya seorang pendusta. Tidak perlu kau ikuti ajarannya!” Begitu berulang si nenek meluapkan kebencian mendalam kepada Muhammad,  si pemuda baik hati.

Tapi Muhammad tak bergeming, setiap hari didatangilah si pengemis itu, disuapin dengan penuh cinta seraya mendengarkan ocehan kebencian dari bibir pengemis yahudi tua di pojok pasar tanpa berucap sedikitpun.

Hingga suatu hari, si nenek itu kembali teriak menjerit saat merasakan suapan yang masuk ke mulutnya berbeda: “Macam mana pula ini, kau sangat kasar, beda sekali dengan orang yang selalu menyuapi diriku sepanjang waktu!”

Akhirnya dengan berlinang air mata, laki laki itu menjawab :

 “Benar Nek,saya bukan orang yang selalu menyuapimu setiap hari, saya hanya menggantikannya, karena hanya ingin mengikuti semua tingkah laku, ucapan dan perbuatan panutan saya”

Si Nenek Yahudi menukas : “Siapa kau? Berani-beraninya menyuapiku seenakmu sendiri. Aku ingin orang yang biasa memberiku makan”.

“Maaf Nek, orang itu telah menghadap kekasihNya, Beliau meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Bukan hanya Nenek yang merasa kehilangan, kamipun sedih atas kepulangan beliau”.

Bersungut  Nenek itu berkata : “Hei, sebenarnya kau siapa? Dan dia siapa???”

“Nek, dia adalah Muhammad, kekasih Allah, utusan Allah yang selalu kau hina dan kau benci. Tapi Beliau tidak pernah marah saat kau hina, beliau selalu tersenyum dan tetap menyuapi nenek meski dalam keadaan sakit, selalu beliau sempatkan datang kemari”.

“Lalu kau siapa?” : tugas si nenek buta dengan nada gemetar.

“Aku hanya seorang Abubakar, menyuapi nenek semata-mata ingin mendapat ridho Allah, kami selalu berlomba ingin mengikuti semua kebaikan yang Rasullullah contohkan pada kami”.
“Maafkan saya jika tidak bisa selembut Beliau saat melayanimu” : lanjut Abubakar Assidiq.
Si nenek terhenyak : Kau…. kau Abubakar? Amirul Mukminin? Pemimpin umat Islam yang tersohor karena kelemah-lembutan sikap dan ucapannya?

“Saya hanya Abubakar, hamba yang mencari ridha Allah dengan selalu mengikuti semua teladan Rasulullah Muhammad SAW.  Mohon maaf atas segala kekasaran saya” : Jawab Abubakar.

Si nenek menangis : “Maafkan hamba ya Amirul mukminin. Mohonkan ampun hamba atas kekasaran hamba. Sungguh tidak menyangka, orang yang selama ini kuhina tenyata begitu lembut hati dan perangainya. Ijinkan saya bersahadat mengaku Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah untuk menebus kesalahan hamba yaa Amirul mukminin.

SubhanaAllah.. kelembutan hati dan perangai Muhammad Rasulullah panutan kita, mampu membuka mata batin seorang nenek untuk mendapat hidayahNYa tanpa harus dengan kekasaran dan peperangan.

Salaam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rasa yang menguar

Kulihat Pelangi Bersamamu

(Puisi) Tarian koruptor