Hujan...., Aku Membeku
Setiap gerimis datang,
hatiku pasti bergolak. Semakin gerimis deras mengundang hujan, seketika
gigil membelenggu badan.
Aku ingin hujan segera berlalu dan ingin nikmati pelangi yang pasti datang setelah
hujan mereda.
************
Di masa kecil, aku sangat
bahagia bila hujan datang. Segera kusambut rintik dengan suka - cita. Bersama kak Sha kakak semata wayangku, kami
berlarian di halaman menyambut hujan disertai senyum meneduhkan dari bunda. Yaaa.. bunda
memberi ruang bagi kami untuk
bercinta dengan hujan. Di saat teman lain dilarang main hujan, takut pilek,
takut batuk dan takut masuk angin, justru bunda selalu mengingatkan kami bila
hujan datang. “ Lihatlah Nak,, tetesan
berkah itu akan segera memberi kehidupan
pada rumput liar dan bunga anyelir di halaman rumah kita. Berdirilah di bawah air
terjun itu Nak. Nikmati setiap tetes kehidupan dari Tuhan itu sebagai
anugerah.” Begitu selalu ucap bunda menyuruh kami bermain air terjun di bawah
talang rumah. Kami bermain dengan riang karena setelah selesai bermain, Bunda akan segera memanggil : “Sha, Na,
cukuplah kalian menari bersama hujan, sekarang waktunya minum susu coklat panas
dan pisang atau ubi goreng kesukaan kalian”. Indaaahh sekali masa kecil kami.
Hingga pada suatu hari, bunda tengah pergi ke pasar saat tiba-tiba mendung
menggayut manja. Bersama kak Sha, kami tersenyum dan segera berlari untuk
menyambut sahabat kami, si rintik hujan. Kami nikmati setiap titik air dari
langit dengan suka cita sampai hujan sangat deras membasahi bumi. Kami berpesta
pora dengan riang.
Saat bermain hujan di halaman itulah, kami lihat bunda turun dari angkutan
umum tanpa membawa payung. Segera saja kak Sha masuk ke rumah dan mengambil
payung untuk segera diberikan pada bunda di seberang jalan. Tanpa menoleh kanan
kiri, kak Sha berlari menyambut bunda. Tiba - tiba semua begitu cepat berlalu.
Aku yang tengah kegirangan di bawah air terjun talang rumah, mendadak mendengar
teriakan keras bunda. Saat aku menoleh, kulihat kak Sha terbaring di jalan dan
mobil yang menabraknya terus melajukan mobilnya semakin kencang. Bunda melempar
segala beban di tangan dan segera memeluk kak Sha yang berlumuran darah.
**********
Aku masih tak paham apa yang terjadi, namun yang kuingat sampai detik ini.
Tangisan pilu bunda sangat menyayat hatiku. Sejak saat itulah aku membenci hujan.
Berharap hujan tak datang saat mendung bergayut, atau segera reda bila rintik
hujan telah datang. Kenangan indahku tentang hujan tercerabut berganti
tangisan menyayat bundaku.
Kini, setiap hujan datang aku langsung membeku.
Ide ceritanya mirip, kita sehatiiii, tapi yang ini lebih keren :*
BalasHapus