Postingan

Balada Hujan Selasa Siang

Gambar
  Kemarin semesta kirimkan pesan Melalui comulonimbus gelap pekat Disusuli derasnya derai hujan Bumi negeri tembakau tercekat   Sang banyu melesak berkelana Seraya berucap tasbih menuju muara Sungguh tak ada niat merusak bumi Mereka sekadar mencari aliran sendiri   Harus memutar karena alur terhalang tembok keangkuhan, aspal dan beton berpelukan Sampah masyarakat sembarangan buang ludah keserakahan  Tutupi langkah arah menuju jalan pulang   Jikalau di Bumi phala memakan korban Bukan berarti Tuhan tengah memberi cobaan Namun hanya sekedar memberi peringatan Janganlah Sunatullah kau lawan   Bumi terlalu lelah menopang kesombongan Saatnya manusia turut menjaga air susuri titian Agar anak cucu tak menanggung beban Atas dosa para pendahulu dalam sesalan   Sang tirta tetap ingin berbagi kisah Tanah telanjang biarkan menyerap basah Akar pohon menjadi saksi pergumulan indah Kembalikan bumi pada marwa...

Putiba: Cawan Berharga

  Pada persamuhan kali ini Kuhilangkan segala ngeri Gelagat geliat tarian erotis Perebutan cawan eksotis   Kuhamburkan mantra pada langit biru Semoga cawan berharga itu   tidak jatuh pada tangan yang sibuk memburu kepentingan periuk   Dalam cawan perebutan tahta terbaring sejumput asa menggenapkan tengara utopia mereka yang terempas dan papa lerengSusi, 10 Oktober 24

Belajar pada Alam

Bersabar seperti matahari Meski banyak yang menghindari Perempuan berbedak sunscreen, Berpayung selubungi diri Sesekali berkeluh atas teriknya Ia tetap setia menjadi pelita   Berpendar seperti rembulan Meski cahaya tidak sempurna Membias seluruh gelap malam Ia mampu menarik minat muda mudi Berdiam diri menikmati purnama Melarut pada bulan sabit menggamit   Berdiam seperti langit biru Tak pernah jenuh naungi bumi Tanpa tiang - tiang pancang Agar manusia mampu rasakan Tanda - tanda terang dan gelap Yang dikirim dari dirgantara   Berpasrah seperti bumi Rela diinjak sepanjang janji Dilukai, dikuliti, ditebang, digunduli Dikeruk   sedalam kerakusan syahwati Ia tetap setia menjaga rahim Agar terjaga keselamatan pertiwi   Tak mungkin matahari mendahului bulan Tak mungkin bumi berjumpa langit Mereka bergerak sesuai sabdaNYa Bila ada secuil rasa ingin berbeda Pastilah memberi isyarat bagi manusia Segera mer...

Perempuan tangguh dari Negri Bahari

  Tak pernah sedikitpun terbersit Saban hari berkubang gigil Menggeret kapal dari buritan Menuju samudra karib harian   Sepuluh tahun lampau. Sunarti dan   perempuan lain dari Timbulsloko, Demak Hanyalah seorang ibu yang lemah Tak lelah menanti sembari merepihkan sebait doa   Untuk para suami pejuang Mengarungi   dahsyatnya samudra Membawa hasil tangkapan ikan Bagi keberlangsungan kehidupan keluarga   Karena perubahan iklim berdampak Kini ia terpaksa bergelut dengan ombak Melakoni pekerjaan bukan angan Hanya karena tak ada pilihan Mencari secuil harapan Agar mampu bertahan dari gempuran zaman   Para perempuan bahari tangguh Riyawatmu telah berubah Kepasrahan menjadikan perkasa Kokoh menjadi penyangga utama Lereng Susi/6 OKtober 2023

Elegi "Lemak" Bersaksi

Pada sepertiga harus terhenti, memberi ruang bayu dan tirta berkelana mengisi lorong-lorong,  Aku abaikan! Nafsu tengah membekap,   melahapkan semua ingin pada mulut-mulut lebar, penuhi labirin setiap saat, tinggalkan jejak tapak demi setapak. Tak peduli pada sebuah realita, bahwa pada rongga- rongga tersisa, seluruhnya berdetak menuju zenit, memuntahkan gumpalan lahar-lahar membelit. Tiga bulan dalam ketamakan, dia terus membungakan keinginan, meski sejenak telah memberi tanda nada bukan sebuah lapar   hanya sebuah nafsu membesar. Kini di tiga bulan mengulum hawa, lemak darah meniti tangga puncak, menggumpalkan sesal pada aliran, sebagian menggelambirkan pada perut membusung, sebagian berkelana mencari jatidiri menjejalkan segala nyeri. Tertatih langkah kaki menahan derita, tetiba dunia menjadi gelap! Sebelum terkapar jatuh ke tanah, mata nanar, tengkuk serasa diikat batu, berat dan tinggalkan memar. Dalam ketidakberdayaan sayup terdengar petuah lama dari pad...

Langit Biru Palestina, Riwayatmu.

 

Bergerak Dengan Nurani

Empatbelas Februari ,hari yang ditunggu Segenap rasa ungkap cinta sendalu Hamburkan segenggam kasih syahdu Meloncengkan genta merepih kalbu Pada segenap jiwa merindu   Berdetak hati menghitung hari demi hari Menunggu titian bergerak suci Sura dan Sulu menjadi saksi Tuk labuhkan seluruh ekspektasi Di ujung dermaga suara bernyanyi   Sura suara rakyat Indonesia Sulu seluruh suara pemilu menggema Serentak berpadu mainkan orkresta Jatuhkan pilihan pada pemimpin sujana Jangan pada para pemimpi durjana   Bersatulah wahai anak bumi pertiwi Saatnya tunjukkan baktimu pada negeri Pilihlah berdasar hati nurani Abaikan politisi angkuh penjual mimpi Hanya engkau yang sanggup lawan tirani   LerengSusi,  19Juni 2023