Postingan

(puisi) Terserah Kau

Maafkan diriku tadi pagi Menyela sebait syair Saat kau berdendang merdu Sejatinya aku tak tahu apa yang terjadi Aku hanya ingin sekadar menghibur Karena itulah bentuk atensi Namun bila kau tak berkenan Aku akan segera menyingkir ketepian Menjadi penonton sejati bagimu Akan bersorak saat kau riang Turut bersedih saat hatimu tengah bersilang Teruslah kau berdendang Entah suaramu merdu Entah bernada sumbang Aku tak lagi peduli. Aku akan kembali melarikkan sajak indah Saat kau bersenandung di depanku Hanya untukku #26Agustus16 pagi umun umun :)

(artikel) Menulis Dan Teruslah Menulis

Gambar
Perasaan lamaaa banget ga utak atik kata. Bukan sok sibuk sih, namun emang ide mandeg ga bisa merangkai kata lagi. Seperti biasa, mungkin perlu suntikan piknik atau sekedar membeli berlian untuk bisa melanjutkan aktifitas menulis kembali. Hehehe Meskipun lama tidak pernah menulis, bukan berarti   aku berhenti dari segala aktifitas tulis menulis lhoo.      Jujur aja, hasrat menulis sempat terhenti gegara tulisanku dihapus oleh admin saat posting di rumah kontrakan bersama. Aku sempat heran, kenapa tulisanku tentang kondisi penjara di Indonesia dihapus begitu saja oleh admin. S iang hari nya aku mendapat pesan dari admin bila tulisanku   dihapus karena “ basi ” dan pernah ditulis . Padahal sueer   kewer – kewer berani disamber geledek biarpun acak adul, aku berusaha menulis berdasar data dan berita yang sudah merebak . Selidik punya selidik, mungkin tulisanku tentang kemewahan yang diterima oleh segelintir orang karena kemampuan finasialnya  bisa menikmati kemewah

(fiksi) Ini Tentang Nadlira

Namanya Nadlira, tubuhnya mungil, tak sebanding dengan nyalinya yang begitu besar. Anak bengal, itulah gelar yang ia dapatkan semenjak kecil, bahkan sejak ia masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. “Awas, aku mau main ayunan!” teriak Nadlira pada temannya yang baru saja memegang rantai ayunan. Seketika temannya menyingkir, merelakan ayunan tersebut dikuasai oleh Nadlira. Tak pandang bulu, semua harus tunduk padanya. Laki-laki atau perempuan harus menuruti kemauannya. Bila tidak, maka ia akan segera berlari ke rumah dan melaporkan kejadian tersebut pada emaknya. Yaa.. rumah Nadlira persis di depan TK dimana dia bermain riang. Segera saja emaknya meninggalkan dagangan dan bergegas menuju TK tempat   Nadlira sekolah untuk mencari anak yang tidak mau mengalah dengan Nadlira. Ya Nadlira, harus selalu menang, begitu inginnya saat itu. Nadlira memang tak punya rasa takut barang sedikitpun. Saat melihat Nyaik temannya dinakali Edi dan Hakim, segera saja Nadlira mendatangi dan