Postingan

Hujan...., Aku Membeku

Setiap gerimis datang, hatiku pasti bergolak. Semakin gerimis deras mengundang hujan, seketika gigil membelenggu badan . Aku ingin hujan segera berlalu dan ingin nikmati pelangi yang pasti datang setelah hujan mereda. *** ********* Di masa kecil, aku sangat bahagia bila hujan datang. Segera kusambut rintik dengan suka - cita. Bersama kak Sha kakak semata wayangku, kami berlarian di halaman menyambut hujan disertai senyum meneduhkan dari bunda. Yaaa.. bunda member i ruang bagi kami untuk bercinta dengan hujan. Di saat teman lain dilarang main hujan, takut pilek, takut batuk dan takut masuk angin, justru bunda selalu mengingatkan kami bila hujan datang. “ Lihatlah Nak,, tetesan berkah itu   akan segera memberi kehidupan pada rumput liar dan bunga anyelir di halaman rumah kita. Berdirilah di bawah air terjun itu Nak. Nikmati setiap tetes kehidupan dari Tuhan itu sebagai anugerah.” Begitu selalu ucap bunda menyuruh kami bermain air terjun di bawah talang rumah. Kami be

Cara (elegan) Ibu Menjemput Kematian yang Indah

 Rabu malam tanggal 28 September 2016, Metro TV  dalam Mata Najwa menayangkan kisah bagaimana mengharubirunya pak JK saat menceritakan kegigihan dan cinta bu ATHIRAH sang bunda yang meninggal di usia 46 tahun dalam pangkuan pak JK karena kanker hati. Sosok ibu, bagaimanapun takkan tergantikan d benak anak. Apalagi doa yang selalu terpahat untuk ananda tak pernah lepas dari bibir dan hati seorang ibu. Melihat tayangan itu, hatiku pun tercabik - cabik dan ingin  menceritakan (kembali) tentang bundaku, Beliau seorang perempuan desa bersahaja, namun mampu meluluhlantakkan rasaku. Sebenarnya artikel ini sudah pernah publish di kontrakan bersama, namun saya ingin  menayangkan kembali, hanya sebagai pengingat untuk diriku. Selamat menikmati. ******** Tanggal 23 Maret 2014, merupakan hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Apa yang menjadi inginku bisa diijabah Allah dengan sempurna. Biasanya hari libur seperti itu, kami langsung bergegas kerumah orang tuaku. Minim

(puisi) Terserah Kau

Maafkan diriku tadi pagi Menyela sebait syair Saat kau berdendang merdu Sejatinya aku tak tahu apa yang terjadi Aku hanya ingin sekadar menghibur Karena itulah bentuk atensi Namun bila kau tak berkenan Aku akan segera menyingkir ketepian Menjadi penonton sejati bagimu Akan bersorak saat kau riang Turut bersedih saat hatimu tengah bersilang Teruslah kau berdendang Entah suaramu merdu Entah bernada sumbang Aku tak lagi peduli. Aku akan kembali melarikkan sajak indah Saat kau bersenandung di depanku Hanya untukku #26Agustus16 pagi umun umun :)