Cara (elegan) Ibu Menjemput Kematian yang Indah




 Rabu malam tanggal 28 September 2016, Metro TV  dalam Mata Najwa menayangkan kisah bagaimana mengharubirunya pak JK saat menceritakan kegigihan dan cinta bu ATHIRAH sang bunda yang meninggal di usia 46 tahun dalam pangkuan pak JK karena kanker hati.
Sosok ibu, bagaimanapun takkan tergantikan d benak anak. Apalagi doa yang selalu terpahat untuk ananda tak pernah lepas dari bibir dan hati seorang ibu. Melihat tayangan itu, hatiku pun tercabik - cabik dan ingin  menceritakan (kembali) tentang bundaku, Beliau seorang perempuan desa bersahaja, namun mampu meluluhlantakkan rasaku. Sebenarnya artikel ini sudah pernah publish di kontrakan bersama, namun saya ingin  menayangkan kembali, hanya sebagai pengingat untuk diriku. Selamat menikmati.

********


Tanggal 23 Maret 2014, merupakan hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Apa yang menjadi inginku bisa diijabah Allah dengan sempurna. Biasanya hari libur seperti itu, kami langsung bergegas kerumah orang tuaku. Minimal 2 kali dalam seminggu kami sowan setor muka, karena Ibu baru saja keluar dari rumah sakit. Namun pada hari Ahad itu ada kemalasan yang luar biasa menggayuti hatiku. Pagi itu sebenarnya saya ingin bersenang senang dengan “metime”, ingin melungker ditempat tidur setelah sholat subuh lebih lama tanpa harus buru buru beraktifitas menyiapkan sarapan untuk keluarga seperti biasa yang kulakukan dan siangnya ingin memanjakan tubuh dengan rencana creambath dan facial.
Namun dipagi yang dingin baru saja saya rebahkan tubuh, suami langsung menarik selimut dan bilang: “Jadi ke embah tidak?”
“Sebentar dong Yah” : jawabku
Inginku diabaikan, suami memaksaku segera mandi dan meminta diantar ke tukang urut. Ada sedikit kekecewaan dengan rencana “metime” yang gagal. Bergegas ku mandi dan bersiap siap mengantar suami ke tukang urut.
Diperjalanan saya bilang : “Yah,, abis urut kita langsung pulang aja ya, ga usah mampir kemana mana”.
“Iyaa” : Jawabnya
Selesai dari Pak Maryadi tukang urut langganan, bukannya balik kerumah, suami malah melawan arus menuju ke rumah embahnya Aji dan Ale. Sempat ada gerutuan dari mulutku namun suami cuek saja melanjutkan perjalanan dengan mengendarai motor pelan sekali, sesekali berhenti dipinggir jalan dan menggoda sambil bicara:
“Mau ambil foto tidak, mumpung pemandangannya bagus. Bisa upload foto di media sosial lhooo…”
Terlanjur hati yang sudah diliputi marah tak bisa disapu dengan candaan seperti itu. Saya tetap merengut sepanjang jalan.
Sekitar jam 8 sampailah kami dirumah embahnya kedua anakku Aji dan Ale, tanpa melirik ke suami sedikitpun, saya langsung masuk ke kamar Ibu dan mencium tangan beliau. Kondisi Ibu yang lemah membuatku urung memandikan beliau seperti yang kulakukan pada hari Jumat lalu, setelah hampir satu bulan setengah segala aktifitas Ibu hanya dilakukan ditempat tidur dibantu oleh mbak Jum kakak iparku yang sabar.
Teringat pada hari Jumat tanggal 21 Maret 2014, sowan ke Ibu dan melihat wajahnya cerah sekali. Sayapun menawari Ibu mandi, dan ketika kucoba mendudukkan Ibu dengan cara saya pondong kok kuat, saya langsung memindahkan ke kursi roda dan saya bawa ke kamar mandi. Bersama ipar yang setiap hari merawat Ibu, kami memandikan dan mengeramasi ibu dengan penuh semangat. Saya gosok seluruh kaki dan tangannya dari daki yang lama menempel karena hanya diseka pagi dan sore saja. Kulihat Ibu juga senang dengan berkata : “Segar sekali rasanya, terima kasih kalian mau memandikanku”.
Kembali ke ruangan Ibu yang tampak lemah di Ahad pagi, saya hanya menyeka badan dan pengganti pakaian serta meminyaki seluruh tubuh Ibuku, kemudian saya suapi Ibu bubur candil kesukaannya yang kebetulan diperjalanan tadi kami berhenti dipasar dan membeli bubur putih dan bubur candil. Ibu nampak lahap sekali makan bubur putih dan kuah candilnya.
Sekitar jam 10 saya dipanggil ibu dan bilang tayamum, o…ternyata ibu ingin sholat dhuha. Segera saya ambil tayamum untuk ibu dan menuntun sholat dhuha sampai selesai. Yang membuatku bahagia bila menuntun sholat, biasanya ditengah sholat ibu akan berhenti dan diam entah kecapaian atau lupa. Namun di dhuha ini Ibu mengikuti dengan sempurna dari Takbiratul ihram sampai salam tanpa jeda sedikitpun.
Selesai sholat dhuha saya tawarin Ibu jus buah, Ibu mengangguk. Saya ke dapur dan membuat jus mix sepotong apel, seiris pepaya dan dua sendok madu. Alhamdulillah segelas kecil jus buah habis dari suapan sesendok demi sesendok. Setelah itu Ibu istirahat tidur dan sayapun keluar kamar.
Begitu keluar kamar murkaku kembali datang. Ternyata ditengah kesibukanku bersama Ibu, saya ditinggal suami pulang. Haduuhhh… hilang sudah “me time”.
“Dasar ga sayang istri!!!” : umpatku dalam hati.
Untuk menenangkan diri, saya masuk ke kamar dan menumpahkan kekesalan dengan tidur (akhirnya dapat juga metime-nya yaa hehehe)
Saya terbangun mendengar suara adzan dhuhur, bergegas menuju kamar Ibu. Ternyata Ibu sudah bangun dan saat kutawari untuk sholat dhuhur, ibu minta Bapak yang membimbing sholatnya, Saya panggil Bapak untuk membimbing Ibu sholat dhuhur dengan di Qasar atau diringkas. Alhamdulillah (lagi) dari takbiratul ihram sampai salaam semua diikuti Ibu dengan artikulasi yang jelas tanpa terhenti sedikitpun.
Selesai sholat dhuhur mbak Jum iparku menyuapi Ibu, dari sini sudah nampak “keanehan”. Ibu sudah susah menelan, dan keluar keringat sebesar jagung. Iparku panik dan memanggilku, sayapun segera mengambil tensimeter digital dan berusaha mengecek tensi ibu. Sampai 4 kali saya test tak bisa terbaca, saya pikir alatnya rusak, ketika saya iseng cek ke kakak ipar, ternyata bisa terbaca 110 80.
Saya lapor ke Bapak yang secara Ilmu agama memang sangat mumpuni. Bapak meraba kaki ibu dan berkata : “Jangan ada yang meninggalkan tempat, ayoo ambil wudhu dan baca Al Quran semampu kita.”
Bapak selesai sholat duhur langsung menghadiahi ibu surat ar Radu dimana dalam suatu ayat (22- 24) menerangkan akan diberi suatu tempat bagi orang yang sabar karena mengharap keridhaan Allah, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rejeki akan mendapatkan Surga Adn, yaitu surga bagi orang orang shaleh. Saya ambil wudhu dan menghadiahi ibu surat Al Kahfi dimana dalam suatu ayat (2-3) menerangkan tentang kabar gembira kepada orang orang mukmin yang mengerjakan kebajikan dan akan mendapat balasan yang baik yaitu akan kekal didalamnya untuk selama lamanya dilanjutkan dengan membaca surat arRahman, bacaan kesayangan Ibu dimana menerangkan tentang Maka nikmat Tuhanmu yang manalagikah yang kamu dustakan?. Sedangkan kakak iparku membaca surat Yasin yang berisi tentang nasihat pada orang orang yang masih hidup, Begitu terus kami bergantian membacanya, Dalam tenangnya Ibu terdiam dan keluar keringat jagungnya. Sesekali nampak nafas ibu satu persatu, tidak ada ngorok seperti kebanyakan orang, hanya ada sedikit hentakan seperti mau mengeluarkan lendir dikerongkongan. Kulihat telinga ibu sudah lemas dan di lubang hidung seperti ada “jala jala” yang ketika kubersihkan ada kembali.
Sesekali Ibu berguman,, memanggil kakakku Masqufurrahman.. berulang,, dan ketika saya dan kakak ipar ingin mengganti baju dengan membalikkan badan Ibu, beliau berkata dengan lemahnya : “Doakan Aku khusnul Khotimah yaa..”
Serempak kami menjwab : “InshaAllah iya Mbahhh.. tenang aja…!!!”
Kami terus menunggui dan menghadiahi bacaan bacaan ArRadu, AlKahfi, arRahman dan Yasiin berulang ulang.
Jam tiga kurang seperempat Bapak keluar dari kamar, sedangkan kakak iparku sibuk menidurkan keponakanku, Ibu melemah. Kondisi seperti ini biasa terjadi pada ibu. Sudah beberapa kali saat Ibu terserang glikema atau gula rendah tiba tiba drop dan saya segera mengecek gula darah ibu ternyata hanya 54 saja. Jam 15.00 segera saya buat teh yang sangat manis setengah gelas. Saya suapin sampai 3 sendok ibu bilang.. “Sudah, aku sangat mengantuk.”
Saya berhenti menyuapi, menarik selimut hingga ke dagu ibu dan bilang: “Sugeng istirahat ya Mbah, saya tak keluar dulu”.
Diruang tengah saya dan bapak bercerita ringan sambil menonton tayangan ulang Indonesia Idol. Saat si Nowela sedang perform tiba tiba jam 15.10 ada sms masuk dari suamiku :
“Mau dijemput jam berapa?”
Saya jawab : “Belum tauuuuuuu “ (dengan marah tentunya!!)
Saya bilang ke Bapak : “Pamit pulang yaaa mbah Kung, sepertinya mbah Putri sudah tenang”.
Bapak menjawab: “Iya”. Saya masuk kekamar Ibu bermaksud untuk pamit pulang.
Begitu melihat Ibu, tertegun pandanganku kewajah beliau, terlihat pucat kekuningan dan tersenyum dengan tangan sedekap. Saya melihat ada yang aneh disini, ketika tanganku meraba tangan ibu terasa dingin, dan saat tangan kutaruh dihidung Ibu, ternyata tidak ada hembusan, saya ulang lagi memegang tangan, dada dan hidung ibu, tetap tidak ada gerakan.
Alhamdulillah tanpa panik, saya memanggil Bapak dan bertanya apa yang terjadi, apakah saya harus memanggil medis? Bapak bilang tidak perlu,,, Ibu sudah berpulang Innalillahi wainnaillahi rojiun.
Dengan tenangnya Bapak menarik selimut untuk menutupi seluruh muka Ibu, namun masih ada sangsi dihatiku dan selimut itu kutarik, hingga wajah Ibu nampak kembali. Bapak segera menarik selimut menutup seluruh tubuh dan wajah Ibu dan berkata: “Sudah, sekarang kamu hubungi semua kakak dan adikmu, dan ayo kita persiapkan memandikan Ibu untuk yang terakhir kali”.
SubhanaAllah.. Hanya Allah yang mengatur segala sesuatunya. Untunglah tadi pagi suamiku memaksa mengantarku kerumah Ibu, untungnya aku ditinggalkan begitu saja oleh suamiku. Andai aku tetap dengan egoku tetap mengedepankan “metime”? Andai aku tahu suamiku pulang kerumah dan aku ikut pulang bersamanya di siang itu? Pasti hanya kekecewaan yang akan menderaku sepanjang waktu.
Kematian adalah Sunatullah, setiap yang berjiwa akan mati. Kepedihan dan gundah tetaplah menggelayut manakala kita ditinggalkan oleh orang yang paling kita kasihi, orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Tapi sepuluh menit cara ibu berpulang KeharibaanNya, bertemu dengan malaikat Maut Mikail secara sendirian, tanpa minta didampingi membuatku yakin, bahwa Ibu dalam usia 72 tahun sangat bahagia menjemput impian setiap mukmin bertemu sang Khalik dengan sangat tenang.
Amin. InshaAllah.

Komentar

  1. jadi inget abah dan simbah, hiks

    BalasHapus
  2. hiyaaa mbak Fidd.. beliau beliau orang yang takkan terganti di hati ya mbakk.
    Fatihah untuk beliau beliau ya mbak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kulihat Pelangi Bersamamu

(Puisi) Tarian koruptor

Paling Jauh dan Paling Dekat Dengan Manusia?