Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

Nur Izzati bumikan Corona

Mensyukuri nikmat Illahi Hirup udara di bumi pertiwi. Mentari senantiasa sinari. Renik tak mampu beraksi. Kandas dihempas cahaya Izzati. Mari kita ikuti ajakan berdiam diri, Tak perlu diskusi atau beralibi Sejatinya Rabbi sedang menguji Atas keserakahan manusia tak bertepi Semesta tengah berdimensi Bumi sejenak menepi Menggemakan tasbih tak terhenti Yakini Allah segera kirim pelangi Pada bumi nusantara ini LerengSusi.Rabu8April2020

Si Renik Merajelela

Si mungil bergerak dalam sunyi.   Makhluk renik terus menyebar dan bermutasi. Tak peduli siapa yang dihadapi. Nekat menyerang manusia    tanpa alibi. Dia terus berkelindan. Tampakkan jati diri tunjukkan keperkasaan. Sekali berulah, manusia tak mampu melawan. Seketika tubuh merenta tiada ampunan Kehadirannya pada semesta menuai kisah. Membuat dunia terperangah. Terpumpun dalam pasrah. Butuh kolaborasi untuk   satukan langkah Kami, para insan hanya bisa diam. Diam dan terus terdiam. Bertemu pun tak lagi berjabat tangan. Bukan karena enggan. Cukup berkirim uluk salam. Kami berupaya melawan serangan.   Hanya dengan berdiam, Mampu kalahkan si renik tak lagi berlaku kejam Kau tahu, ini salah siapa? Salah corona yang terus mencari mangsa? TIDAK!!!!   Kita manusia telah hilang peka. Si renik hanya berkelana . Alunkan tasbih ikuti sabda alam sepenuh jiwa Bersebab keserakahan manusia. Tak lagi bersahabat pada alam semesta. Dik

Nusantara Nestapa

Aku bersedu sedan atas polah kalian. Masih saja bertikai atas beda pandangan Berdamailah hati, saling berpegang tangan Menjaga nusantara pada titian. Mari kita luruhkan ego diri Bersilat kata seolah telah berjasa Hanya berkelana pada kotak dimensi Sejatinya berjiwa rengsa belaka Kembali kita memeluk ibu pertiwi Tunjukkan kita ksatria pualam Tak perlu tampakkan selebrasi Biarlah kebaikan bermesraan dengan alam Selamat berjuang para penjaga negri. Jaga bumi pertiwi dari musuh berimaji Atas dash line nine lampaui batas negri Hanya mampu memelukmu dari bait doa kami Anak negri mampu jaga NKRI harga mati. Mendung pagi di Lereng SuSi.08012020

Rindu (kembali) Mencumbu

Gambar
Entah mengapa rindu kembali mencumbu Sejak perpisahan haru waktu itu, Aku tahu engkau telah bahagia, bertemu dengan kekasih hati yang selalu kalian tunggu, Ada beberapa kisah yang kau tuang Saat engkau berada pada ambang, Tatapmu nampak girang Akan segera bertemu sang Hyang Dan kini kerinduan kembali menjalang. Memompa degup semakin mengencang Hanya mampu menabur dalam kerontang Mantra doa terbaik laksana gemintang Bersimpuh di atas sajadah, Bibir dan hati tak pernah lelah Jauh, jauhkanlah siksa kubur membelah Dekat, dekatkan Nur Illahi terangi jiwa yang lemah Rinduku tak bertepi Geliat takzim menghujam hati Untuk Pahlawan sejati kami BAPAK dan MAKNE LerengSusi, 10 Muharam 1441 H/ 10Sep19

Langit itu Tinggi

Gambar
Aku mencintai langit, Tempat bersemayam awan, Ada rasa damai,   Atas siluet indah menentramkan Kadang bila tak berkenan Sesekali nampakkan jati diri Tanpa perlu keluh   Hanya rintikkan gerimis,   Atau derai hujan menawan Langit tak pernah muram Selain tasbih bergumam Karena tak perlu berucap kalam Bila dirinya tinggi selubungi alam. LerengSUSI,27 Jan 2019

Petrikor

Gambar
  f oto diambil dari Shareisme.blogspot.com Inginku menghidu Aroma harum ambigu Pada tanah kering, sewaktu Terkena air hujan   berlalu Petrikor mengajakku berkelana Mengusir   sejumput candala Dari kerlingmu laksana mangata Merelung lakuna, Gairah dalam renjana Kamis, 28 Feb18.

Sejuk (kembali) Memeluk

Gambar
Menguak pagi, Aku menghidu Temanggung kembali Bersama desiran angin surgawi Setelah hujan semalam membasahi bumi Aku lupa, kapan terakhir bayu menghampiri kami Di lereng SIndoro Sumbing bersemi Sekian hari kami berpeluk hawa panas tinggi Bersebab   cuaca beranomali Gerah tak terbantah, Barangkali langit tengah membelah Lapisan ozon   merekah Meniupkan hawa panas dari negeri berantah Mungkin untuk pengingat kita Bahwa bumi harus terus dijaga Pohon - pohon tegak sebagai saka Hingga angin meliuk diantaranya penuh suka . Menghembuskan kesejukan tak berjeda. #mendung pagi di lereng Susi, 11 Nov   18

sumpah Bhisma

Bermula dari niat suci Hindari perpecahan Hastina nagari Bhisma nan sakti mandraguna berjanji Takkan menikah seumur hidup sang Resi Jaga keturunan tak selisih dengan Saytawati Ibunda Citranggada dan Wicitrawirya,, si adik tiri Menangkan sayembara di kerajaan Khasi Boyong Ambika, Ambalikha dan Amba tiga putri dewi Dewi Amba jatuh hati pada Resi Bhisma bidikkan senjata sakti Sekadar takuti Dewi tuk pegang janji Panah melesak ke dada sang Dewi. Dalam pelukan si mandraguna Berucap jiwanya cintai Dewi Amba Sukma Dewi menari riang menuju nirwana Berjanji akan jemput di suatu masa Bhisma sanggupi tuk tebus dosa Dalam pertempuran, Bhisma berpantang, :takkan serang orang yang tak bersenjata :takkan serang orang yang ketakutan :takkan serang orang yang menyerah :takkan serang orang yang hanya miliki  satu anak lelaki :takkan serang orang yang mabuk :takkan serang seorang wanita. Bhisma, “yang sumpahnya dahsyat” enggan bertarung jalang

Kutukan Ibu Peri

Apa yang tengah terjadi? Mengapa kutukan kembali lagi. tolonglah ibu peri Diriku sudah bertobat suci Ibu peri yang baik Hari ini aku ingin kenakan batik Tapi kau sihir menjadi cilik semua baju jadi terlihat antik Kembalikan ukuran baju tak bersalahku pada ukuran baju dahulu jangan kau ubah menjadi ukuranmu Kini, semua tak muat di badanku Ataukah diriku kau kutuk jadi raksasa? Tidak... kulihat semua seperti sediakala Sama seperti yang lainnya Mungkin Ibu peri sedang sirik saja.  #elegi baju tak muat. #keluhan 9 April2018 #Hari Gendut Sedunia #13 April2018

Cemburui Ilusi

Pernah aku cemburui ilusi Kepoin teman secara sembunyi Memasang foto di dunia maya tak pasti Di balik bayang bayang selfi Wajah mulus bak bidadari Ternyata oh ternyata Hasil Profil Picture jauh dari realita Jerawat penuh tanpa bisa dieja Saking banyaknya beradu di muka Ditingkah ada noda hitam laksana jelaga Sempurna Bodohnya diriku Kenapa gampang tertipu Mencemburui imaji tak bermutu Tanpa sempat berpikir dahulu Bahwasanya semuanya PALSU Lereng susi 30 Maret 2018 jam 14.02

Memasung Rindu_2

Saat rasa mulai memendar layu Kau kirim kabut di mataku Masih lekat aroma menghidu Katamu rasa sama membalut Hanya kedewasaan yang mampu, Meluluhkan realita nyala itu Pada langit kuhamburkan cinta biru Pada angin kutitipkan sebujur rindu Pada gerimis aku memasung tunggu Tataplah, agar tak sia berlalu GerimisPagidiLerengSUSI, 25Jan18

Lukisan Alam

Nikmati bayangan lelaki di langit biru Membuatku menggelegak, gairah menggebu Ingin segera bertemu dam mencumbu Saat jiwa meregang berkelana Sedetik dalam kedipan mata Awan bercerai berai ikuti sabdaNya Laksana perempuan menunduk, terisak Galau seketika menyeruak Sesedih siluet awan berlari acak Entah, Masihkah mega kelak berkisah Berarak membentuk bayangan indah Atau bahkan membuatku lelah. MendungpagidiLerengSUSI, 22Jan2018

Ikhtiar

Merangkai aksara Melangitkan ribuan mantra Menggenapkan asa Memaknai sebuah logika Aku terjatuh pada genangan yang sama Perih menganga Mengalunkan gelombang duka Melumat lara Tak sudi menyerah kalah Masih terbuka satu pintu pinta PadaMu Setelah tunai, Aku menyerah Berpasrah pada kehendakNya. LerengSuSi, 13Jan18.

Tarian Sunyi pada Perak Beranomali

Dunia nampak sangat berjarak Dalam gemerlap pesta perak Terukir nuansa pelangi abstrak Aku jatuh pada pelukan hampa menyeruak Bagaimana hati bisa bertaut Bila masih terselubung kabut Membuat nyali menciut Tersadar untuk   beringsut. Bila perak tak sesuai ekspektasi Hanya ruam beranomali Ambl langkah untuk menepi Daripada meliukkan tarian sunyi Sendiri Tak berarti. Medio September 2017

Ranting Patah

Di ketiak senja mendung berarak kelabu Tetiba jemu datang menghantu Ingin kugayut segera mau yang lenyap bersama hembusan bayu Sendu... * Aku bagai ranting patah Meski belum sempat bertunas cabang Segera menutup lembaran kisah Laksana serdadu   kalah perang Lemah... 25September2017, pagi mendungdiLerengSuSi, semendung hatiku di detik 07.48