BENCI BAPAKKU
Mungkin diantara tujuh bersaudara, saya termasuk anak “durhaka”, sekedar remah remah yang tidak bisa dibanggakan oleh Bapak. Bila dahulu makne almarhumah semasa hidupnya memahami “kelemahan” saya hingga saya pun bisa memahami makne dengan segala kebaikan dan kelemahannya juga.Tapi tidak dengan Bapak, di mata Bapak saya adalah seorang anak yang tidak layak diceritakan selain harus menyelesaikan masalah sendirian. Dan enam anak selalu membanggakan Bapak, tidak ada yang berani membantah apa yang Bapak katakan. Saya tidak! Saya tetap berani menjawab bilamana apa yang dikatakan Bapak kurang pas. Pernah suatu hari Mbakyu nomor tiga sampai bilang, “Bulik, kok tidak ada takutnya dengan Bapak mbok jangan membantah, Bapak bilang apa dituruti”. Saya langsung menyalak : “Lhooo kok dibilang membantah to? Justru ini membuka diskusi panjang dengan beliau”. Terbukti setiap kami sowan minimal seminggu sekali sejak makne sakit hingga Bapak meninggal April lalu, Bapak suka berdiskusi apapun denga