Postingan

(Puisi) Senandung Lima Waktu

Kuangkat kedua tangan tuk ungkap rindu Sepenuh jiwa pengharapan tertuju Hadapkan wajah, hidup dan matiku Dengan takbiratul ihram menyeru ALLAHU AKBAR , hamba membeku Sejenak tundukan kepala Berpegang lutut kuatkan punggung rata Memuji Engkau sepenuh rasa Dalam langgam rukuk mengeja doa Yakini Allah mendengar   tak sekedar angan Pelan tegakkan raga pada iktidal menawan Sembari angkat dua tangan Segaris telinga   kiri kanan Berlanjut sungkurkan diri Tempelkan dahi ke bumi Sujud kepasrahan insani Tunduk pada sabda illahi Subhaana Rabbiyal   A’la wa bihamdi Pelan angkat raga tuk tasyahud Mohon welas asih dan ampun Dicukupkan dari segala tak mampu Angkat derajat dunia akhirat menuju Rejeki barokah memacu tunggu Petunjuk jiwa berlagu merdu Afiat diri sehat selalu Lafalkan tasbih mendayu Asa antara dua sujud menghidu ISYA Dari terbenam Syafaq sang awan senja merah Hingga terbit semburat fajar berkisah Empat rekaa

(Fiksi) Sepenggal Tentang Kisah Sejati

Hampir limabelas tahun sudah kita dipersatukan Allah dalam balutan dan genggaman cintaNYa. Tak mudah melewati lintasan 15 tahun yang Allah berikan untuk kita. Banyak onak dan duri menghadang langkah, namun kita mampu lampaui semua dengan senyum senantiasa mengembang. Saat itu.. Terbayang jelas bagaimana kau ucapkan ikrar janji suci di depan orang tua. Kerling mata jenakamu mengalihkan wajah pucat pias gugupmu. Untunglah semua berjalan lancar dalam satu helaan nafas. Tanda sah kita untuk memagut cinta yang selalu dijaga sebelum ikrar hari itu terpenuhi. Meski sebelum janji ini terucap, terbata-bata menjaga cinta dan nafsu. UntunglahTuhan masih menyayangi dengan menjaga cinta kita sampai waktu memperkenankan cinta untuk saling memagut. Makin lengkap kebahagiaan setelah dua tahun dalam penantian si kecil menghiasi hari-hari kita. Masih teringat sehabis magrib, kurasakan mules tak terhenti. Dalam pucat panikmu, kau masih sanggup menyemangati diriku untuk kuat bertahan. Kita

Perjuanganmu, Inspirasi bagi Kami

Gambar
  Setiap tanggal 10 November, oleh bangsa Indonesia diperingati sebagai hari Pahlawan. Banyak contoh pahlawan yang harum namanya di bumi pertiwi ini, seperti Cut Nyak Dien dan Teuku Umar dari Aceh, Pattimura dan Maria Kristina Tiahahu dari Ambon, Hasanudin dari Makassar, Sisingamangaraja XII dari Batak, Bung Tomo, Supriyadi dan ribuan pahlawan yang gugur mendahului kita dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Mereka berjuang dengan gigih tanpa pamrih hanya berharap bangsa Indonesia berdiri tegak tanpa ditindas oleh bangsa lain. Mereka yang berjuang untuk Indonesia disebut “para pejuang” dan mereka yang gugur sebagai kusuma bangsa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) dengan sematan gelar Pahlawan. Tapi akhir-akhir ini saya rada “gerah” dengan tata upacara pemakaman di TMP. Masih teringat berita tentara yang mati “terlilit” tali sendiri  saat latihan di laut Aceh, juga ada seorang tentara yang “terjun bebas” karena parasit  tidak mengembang. Mereka gugur dan dimakamkan d