(Fiksi) Sepenggal Tentang Kisah Sejati




Hampir limabelas tahun sudah kita dipersatukan Allah dalam balutan dan genggaman cintaNYa. Tak mudah melewati lintasan 15 tahun yang Allah berikan untuk kita. Banyak onak dan duri menghadang langkah, namun kita mampu lampaui semua dengan senyum senantiasa mengembang.

Saat itu..
Terbayang jelas bagaimana kau ucapkan ikrar janji suci di depan orang tua. Kerling mata jenakamu mengalihkan wajah pucat pias gugupmu. Untunglah semua berjalan lancar dalam satu helaan nafas. Tanda sah kita untuk memagut cinta yang selalu dijaga sebelum ikrar hari itu terpenuhi. Meski sebelum janji ini terucap, terbata-bata menjaga cinta dan nafsu. UntunglahTuhan masih menyayangi dengan menjaga cinta kita sampai waktu memperkenankan cinta untuk saling memagut.
Makin lengkap kebahagiaan setelah dua tahun dalam penantian si kecil menghiasi hari-hari kita. Masih teringat sehabis magrib, kurasakan mules tak terhenti. Dalam pucat panikmu, kau masih sanggup menyemangati diriku untuk kuat bertahan. Kita sholat magrib berjamaah. Selesai berbenah kau pacu motor butut tua kesayangan menuju rumah sakit. Dalam sakitku kau sempatkan bercanda memberi semangat padaku.
Diruang yang sama, ada seorang ibu tengah menunggu kelahiran putranya bersama sang suami. Tapi entah mengapa di saat si ibu merasa kesakitan si suami malah membentak-bentak dan terkesan seperti bertengkar. Hingga akhirnya si Bapak di suruh keluar oleh bidan yang membantu persalinan.
**
Berbeda denganmu, kau usap kepalaku, kau hapus peluh dan air mata yang menetes dengan lembut. Hingga saat mengejan aku teriak tak kuaaaatttt dan tak sanggup, kau pompa terus semangatku, kau ikut menahan nafas dan terus ikut mengejan. Berkali-kali kau lakukan hingga terdengar tangisan keras si jabang bayi sesaat keluar dari rahim. Lemah kulirik wajahmu yang memerah, keringatmu bercucuran. Sesaat setelah si kecil dibersihkan kau rengkuh buah hati kita dan kau bisikan adzan di sebelah telinga kanan dan ikomah di telinga kiri. Kau ikut rasakan apa yang kurasakan. Dan indahnya momen itu kurasakan sampai detik ini.
Kita lalui bersama suka duka mengasuh sang buah hati. Semua momen tumbuh kembangnya dari belajar tengkurap, mengoceh, duduk, berdiri dan berlari untuk yang pertama kali kau selalu mendampingnya. Momen masuk sekolah untuk pertama kali kita siapkan bersama. Aku sibuk memandikan dan kau sibuk menyiapkan baju yang hendak dipakai. Aku sibuk memakaikan baju dan mendandaninya kau sibuk menyiapkan bekal makan dan susu si kecil. Indah sekali.

Hingga suatu hari
Di enam tahun kebersamaan kita, ku terima telpon dari kantor polisi mengabarkan dirimu mengalami kecelakaan. Bergegas aku menuju rumah sakit, kutemukan dirimu dalam kondisi tak sadar bersimbah darah.
Oleh dokter aku dipanggil dan harus menandatangani surat ijin untuk mengoperasi kepalamu. Tanpa berfikir panjang kutandatangani dan keesokkan harinya kulalui jam-jam panjang menunggumu selesai dioperasi.  Jam berganti jam, hari berganti hari kau tak jua menyapaku. Dua minggu kumenunggu senyum dan kerling jenakamu, tiba-tiba kau buka matamu dan menatapku kosong. Ku pondong anak kita mendekat ke wajahmu, saat kutanya siapa dia?  Kau hanya bergeleng lemah. Jiwamu bisa di selamatkan, tapi memorimu tak bisa kembali. Tak bisa mengingat apapun termasuk siapa aku, anak kita dan semua memori indah kita.

Dan kini..
            Kini kau hanya bisa duduk di kursi roda dengan tatapan mata kosong. Meskipun kau tak bisa merespon apa yang kami lakukan, setiap hari selalu kuluangkan waktu untuk bercerita  padamu tentang momen-momen indah kita, tentang tumbuh kembang anak kita, tentang prestasi membanggakan anak kita. Aku yakin mata batinmu bisa merasakan apa yang kita rasakan dan kita hadapi. Semua terbentuk karena sentuhan kasih dan sayangmu saat kau masih sehat dulu.
Dalam diammu aku tetap berharap mukjizat Allah datang kepadamu sehingga kau bisa kembali seperti sediakala. Menghantar dan melihat anak kita dengan senyum kebanggaan dan lirikan jenakaku seperti dulu. 

Semoga…

Komentar

  1. Semangat Mba Ida, semua pasti indah pada akhirnya. Ada hikmah, cinta, dan harapan dibalik segalanya. Semangat mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks sistaaa udah berkenan mampir di lapakku. monggo- monggo.. "first guest" dapat door prize lhooo hihihi

      Hapus
  2. Semangat Mba Ida, semua pasti indah pada akhirnya. Ada hikmah, cinta, dan harapan dibalik segalanya. Semangat mba

    BalasHapus
  3. Bu ida semoga selalu yang terbaik untukmu dari Allah

    BalasHapus
  4. Bu ida semoga selalu yang terbaik untukmu dari Allah

    BalasHapus
  5. Mbak itu fiksi ato beneran? Romantis,bahagia, sedih. Siapapun yg dapat cobaan pasti kuat menjalaninya.

    BalasHapus
  6. keknya aku pernah baca ini, di mana ya?
    uhuuk!!

    mangap eh maap mbokde akuh baru mampir :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. tiada mangap bagimuuuu. huff...

      tulisan ini beredar dimane mane. (ketauan ga bisa nulis, satu artikel di opyak kemana mana. hihihi)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kulihat Pelangi Bersamamu

(Puisi) Tarian koruptor

Paling Jauh dan Paling Dekat Dengan Manusia?