Malaikatku
Aku menanti hadirnya pelangi
Aku suka keindahannya,
Seperti matamu, Ibu.
**
Pernah suatu waktu
Di kala aku masih
begitu susah tuk berdiri
Pernah kurasakan,
lembut tanganmu - selembut kasihmu,
Menopang dengan
hatimu agar aku dapat tegak berdiri.
Berjalan sendiri….
Perlahan…Walau tertatih…
**
Katamu hidup tak perlu
tergesa-gesa,
Perlahan saja namun
pasti.
Tak perlu berlari
secepat harimau
berjalanlah walau
terlihat lamban bagai kura-kura.
Bila saatnya tiba
Pasti indah pada
waktunya
**
Ibu
Malaikat menjelma
pada segala kebaikanmu
Bidadari menjelma
pada segala kecantikanmu
**
Ibu..
Kau bukan dokter
: namun slalu mampu obati sakitku
Kau bukan guru
: namun slalu mampu jawab segala tanyaku
Kau bukan psikolog
: namun slalu mampu tenangkanku
Kau bukan polisi
: namun mampu dengan sempurna menjagaku
Kau bukanlah chef
: namun masakanmu slalu membuatku rindu
**
Ibu
Pada nisanmu aku
bersimpuh
Bertekuk lutut pada
luluh
Sanggupkah aku
tanggalkan rapuh
Bila hanya engkau
yang mampu usapkan semua peluh
Tawamu renyah sebagai
penyembuh
Karenamu aku tak
pernah lelah mengayuh
: Pada semua mimpi yang sempat kuanggap lusuh
Sekujur tubuhku
terbang pada jiwamu seluruh.
Lereng Sumbing Sindoro, 24
Juni 2014
#Puisi kreasi adinda Putri Apriani ini dedikasikan untuk eMakku dan bundanya
Putri Apriani karna kerinduan tak bertepi kami padamu bunda. Kami yakin bunda
sudah bahagia diSANA.
Peluk cium dari kami.
Komentar
Posting Komentar