(Upaya) Meraih Kebahagian Hingga Lanjut Usia
Beberapa
hari lalu tak sengaja saya melihat tayangan video di sosial media bagaimana
seorang kakek mendapat perlakuan kasar dari seorang wanita muda (entah menantu
entah anak perempuan) yang sangat tidak etis. Seketika air mataku mengalir
deras, tetiba terbayang dimataku bagaimana perlakuan saya terhadap Bapak dan makne
Rahimahullah dengan biasa saja, sekadar menjalankan kewajiban saja selaku anak
atas nama kesibukan masing –masing. Penyesalan selalu datang belakangan.
Setelah orang tua berpulang ke hadiratNya, baru menyadari mengapa hanya seperti itu saja yang
kami haturkan kepada orang tua. Hiks.. Semoga orang tua yang telah mendahului
kita, perjuangan beliau mendapatkan balasan yang indah dari Allah melebihi dari
yang beliau berikan kepada kita semua. Aamiin.
Kembali
ke tayangan video tersebut, Saya tak bisa membayangkan bagaimana perihnya hati
si kakek diperlakukan dengan kasar dan tak beradab. Terlihat beliau mengusap
mata dan berusaha mengelus pipi. Saya hakul yakin beliau tak ingin menjadi
beban hidup anaknya. Namun sunatullah telah berbicara, bahwa usia manusia akan semakin renta dan melemah. Dalam al quran
surat An Nahl (16:1) telah disebutkan bahwa
“Allah
menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan diantara kamu ada yang
dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui
lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui
lagi maha Kuasa”.
Bukannya
kita menolak sunatullah, namun alangkah bahagianya manakala hidup tidak menjadi
beban bagi anak atau orang lain. Jadi kita harus mengupayakan agar hidup selalu
dalam limpahan kebahagiaan. Bahagia bisa diperoleh dengan mudah. Saya teringat
Dokter Probo Suseno, dokter spesialis Lansia
dari Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta pernah menyampaikan materi Bahagia Sampai Lanjut Usia pada saat
memperingati hari lansia beberapa tahun lampau di Kabupaten Temanggung. Dengan
gaya kocak, dokter Probo mengurai satu persatu definisi untuk memperoleh
kebahagiaan sampai lanjut usia.
Dari
beberapa materi yang beliau sampaikan ternyata banyak contoh di dunia ini bahwa
orang mampu memperoleh kebahagiaan sampai tua dengan beberapa langkah , yakni :
1.
Bangga Akan Masa Lalu.
Dokter
Probo menyampaikan bahwa seorang lanjut usia akan terlihat bahagia karena
bangga dengan masa lalu yang telah dilaluinya. Banyak sekali orang tua yang tak
henti-hentinya menceritakan kejayaannya masa lalu saat bertemu dengan siapapun.
Jadi
ingat Bapak almarhum, saban sowan ke Bapak tak pernah lupa menceritakan tugas
pertamanya di Ambon tahun 1958 (Mungkin kalau sekarang berasa tugas diluar
negeri kali yeee.). Juga bagaimana menghadapi Prof Salaby dari Mesir saat harus
mempertahankan skripsi di tahun 1964-an. Meski udah hafal di luar kepala
tentang apa yang akan diceritakan Bapak, namun tak bosan aku selalu menyimak
dan menunggu, sesekali bertanya (kembali) kejadian yang terjadi saat itu.
Baru saya sadari, ternyata “hanya” menyediakan sedikit waktu dan kuping untuk menyimak cerita beliau mampu membuat panjang umur yang barokah. Di usia menjelang sembilan puluh tahun, Bapak masih sering memberi petuah di mushola belakang rumah, di pertemuan PWRI dan di bulan Romadlon masih sibuk mengisi dari satu masjid ke masjid lain sampai ajal menjemput tahun lalu.
https://idamoeriddarmanto.blogspot.com/2019/07/dua-puluh-dua-hari-wisata-rohani.html
2.
Bahagia Dengan Kondisi Sekarang
Dalam
kondisi yang sudah sepuh, banyak orang tua yang tergantung dengan yang lain.
Misalnya harus kontrol dokter rutin, harus berkursi roda, ataupun malah
terbaring di tempat tidur. Dokter Probo menyatakan akan terlihat di wajah
seseorang lansia yang terlihat bahagia karena menerima kondisi sekarang yang
sedang dijalaninya. Kembali teringat Bapak. Alhamdulillah sampai menjeang Sembilan
puluh tahunBapak masih bisa makan apa saja tanpa pantangan apapun. Masih
mempunyai kesibukan rutin memberi makan ayam piaraan dan ikan di kolam
belakang.
Jika
hendak bepergian orang serumah dipesenin jangan lupa ngasih makan ayam dan
ikan. Pernah aku becandain, lhaaa repot amat! Melebihi ngurusin bayi, katanya
hidup ini harus pasrah Pak. Bapak cuma bilang: “lhaaa,, mereka juga makhluk
Allah, kalau tidak diopeni nanti kita yang berdosa!” deg… jawaban sederhana
tapi membuatku mati kutu. Saat ini saja Bapak sendirian menengok anak
tersayangnya di Lampung dan berniat pulang sebelum romadlon. Semua itu bisa
Bapak jalankan karena Bapak selalu menyadari bahwa apa yang diperoleh sekarang
ini semata- mata dari Allah. Namun menurut pendapatku pribadi, Bapak bisa
menikmati hidup seperti sekarang karena banyak bersabar dan mengalah dalam
menghadapi kondisi kehidupan. Dahulu saat bertugas, bapak di”fitnah” dengan
keji akhirnya digeser ke tempat yang jauh dari tempat tinggal. Dengan tersenyum
dijalaninya roda kehidupan tersebut. Yang membuatku berkaca, ternyata tak
sampai dua tahun orang yang menfitnah mendahului menghadap yang KUASA diusia
belum setengah abad.
3.
Tidak Khawatir Dengan Yang Akan Dilalui
Point
ketiga yang disampaikan Dokter Probo, seorang mencapai lansia dengan bahagia,
karena yakin dengan apa yang dilalui dan dilakoni di kehidupan ini sudah ada
yang mengaturNYa. Teringat bapak lagi. Setiap kali beliau hendak bepergian aku
selalu mewant-wanti, kalau ada apa-apa telepon ya. Ealah.. “nasihatku” tak
pernah digubris. Pernah Bapak di usia 85 tahun kami dibuat kalang kabut. Dua
puluh hari sudah Bapak tetirah di Lampung. Kakak mengabari Bapak pulang ke
Jawa. Dalam kondisi normal biasanya jam 3 – 4 sore sampai dirumah.
Namun menjelang isya, Bapak belum sampai juga. Aku meminta tolong suami untuk menjemput Bapak di pull kurang lebih 15 km dari rumah. Untunglah aku tidak ikut menjemput, setengah jam kemudian Bapak udah “nongol” di depan pintu. Ternyata Bapak naek ojek dari pull kerumah. Murah lagi! Jika harga normal 20 ribu, Bapak nawar 10 ribu dan pak ojek mau mengantar sampai kerumah. Mungkin si ojek kesian melihat bapak tua kemaleman kali yeee. Hehehe. Saat ku”semprot” dengan santai Bapak bilang, perjalanan kemanapun ada yang menemani Rokib dan Atid, jadi kenapa harus takut. Asal kita berpasrah dengan keadaan, semua jangan dibuat risau. Ada Qada dan qodar dari Allah. Menceritakan tentang orang tua memang tidak akan pernah habisnya, sama seperti kita menceritakan buah hati kita dengan penuh kebanggaan. Cerita bagaimana ungkapan cintaku ada di
https://idamoeriddarmanto.blogspot.com/2019/06/benci-bapakku.html
4.
Diterima Oleh Lingkungan Dan Dicintai Allah.
Point
keempat memang agak susah dijalankan. Hanya orang aktif dan berguna di masa
mudanya yang bisa diterima oleh lingkungannya. Jadi penerimaan ini tidak serta
merta diterima oleh para lanjut usia. Ibarat kata, Lansia hanya memetik buah dari apa yang sudah
diperbuat semasa mudanya.
Untuk
point dicintai Allah, ada catatan khusus dari dokter Probo. Beliau mengatakan
bahwa selama ini sering terdengar jargon :”Muda
hura-hura tua beribadah dan mati masuk surga”. Oleh Dokter Probo, peserta
diingatkan untuk mengubah menjadi : “Dari muda mendekatkan diri kepada Allah.
Maka Allah akan dekat dengan kita”. Sehingga ketika menua, seseorang tidak
merasa begitu berat lagi menjalankan ibadah, karena sudah terbiasa dan
terkondisi. Dari kebiasaan tersebut akan
ada perasaan “bersalah” apabila kita meninggalkan ibadah yang sudah menjadi
kegiatan rutin. Jadi untuk merasa dicintai Allah, kita harus lebih mencintai
dan mendekatkan diri sedini mungkin.
Alhamdulillah,
uraian dari dokter Probo itu bisa langsung kurasakan dan kuambil hikmah, karena
ada role model yang sempurna
(menurutku) yaitu Bapak tercinta. Dahulu
bila ada masalah “kehidupan” apapun, kami anak-anaknya masih harus meyakinkan
diri dengan berkonsultasi dan meminta ridho ke Bapak. Kini, kami harus mencari
guru yang mumpuni untuk membimbing kami dengan berpegang pada al quran dan
hadist.
Salaam
Komentar
Posting Komentar