Postingan

Mengendalikan Emosi Itu (Tak) Susah

  Marah itu manusiawi. Setiap orang pasti pernah merasakan marah. Saat emosi tersulut seluruh syaraf wajah bekerja secara maksimal sehingga ketika kita berhadapan dengan orang yang sedang marah bin emosi, yang nampak wajah merah mengerikan. Udah masalah tidak terselesaikan energi terlanjur terkuras habis. Nah,, untuk mengurangi efek negatif yang timbul sebaiknya perlu mengelola kemarahan secara bijak (qeqeqe.. bisa-bisanya “menasehati” orang lain, mengelola kemarahan diri sendiri aja belum becus, kesenggol dikit aja langsung nyolot. Alamak….). Menahan amarah itu bukan perkara yang gampang, susaaaaah banget untuk bisa menahan emosi. Ketika ada seseorang bikin gara-gara yang memancing emosi, rasanya darah langsung mengalir ke ubun-ubun. sudah barang tentu mata nyolot kemerahan, tangan gemeteran pengen gampar, mulut rasanya pengen ngeluarin makian sumpah serapah sehari semalem. Keren ya! Udah pada ngerti belum, menurut hadist Nabi, orang kuat itu bukan orang yang jago be

Malaikatku

Aku menanti hadirnya pelangi Aku suka keindahannya, Seperti matamu, Ibu. ** Pernah suatu waktu Di kala aku masih begitu susah tuk berdiri Pernah kurasakan, lembut tanganmu - selembut kasihmu, Menopang dengan hatimu agar aku dapat tegak berdiri. Berjalan sendiri…. Perlahan…Walau tertatih… ** Katamu hidup tak perlu tergesa-gesa, Perlahan saja namun pasti. Tak perlu berlari secepat harimau berjalanlah walau terlihat lamban bagai kura-kura. Bila saatnya tiba Pasti indah pada waktunya ** Ibu Malaikat menjelma pada segala kebaikanmu Bidadari menjelma pada segala kecantikanmu ** Ibu.. Kau bukan dokter : namun slalu mampu obati sakitku Kau bukan guru : namun slalu mampu jawab segala tanyaku Kau bukan psikolog : namun slalu mampu tenangkanku Kau bukan polisi : namun mampu dengan sempurna menjagaku Kau bukanlah chef : namun masakanmu slalu membuatku rindu ** Ibu Pada nisanmu aku bersimpuh Bertekuk lutut pada luluh

#Puisi Untuk Aceh

Subuh baru saja berlalu Sembari nikmati aroma kopi menghidu Duduk di teras  rumah memacu tunggu Dari Serambi Mekah kabar mengharu biru  * Sabda alam telah bergema Meluluhlantakkan tanah Pidie Jaya Delapan belas korban tercerabut nyawa Ulah goncangan sesar tanpa jeda Dari arah timur laut menuju barat daya  * Tuhan..   bersungkur kami di atas sajadah Memohon welas asih pada doa mendesah Lindungi saudara kami di tanah Serambi Mekah Berkisah di antara kehancuran rumah dan tanah merekah Berlarian dalam ketakutan tak tentu arah Mengingatnya, membuat mataku basah. Lereng SUSI, 7 Des 2016. 11.00

Hujan...., Aku Membeku

Setiap gerimis datang, hatiku pasti bergolak. Semakin gerimis deras mengundang hujan, seketika gigil membelenggu badan . Aku ingin hujan segera berlalu dan ingin nikmati pelangi yang pasti datang setelah hujan mereda. *** ********* Di masa kecil, aku sangat bahagia bila hujan datang. Segera kusambut rintik dengan suka - cita. Bersama kak Sha kakak semata wayangku, kami berlarian di halaman menyambut hujan disertai senyum meneduhkan dari bunda. Yaaa.. bunda member i ruang bagi kami untuk bercinta dengan hujan. Di saat teman lain dilarang main hujan, takut pilek, takut batuk dan takut masuk angin, justru bunda selalu mengingatkan kami bila hujan datang. “ Lihatlah Nak,, tetesan berkah itu   akan segera memberi kehidupan pada rumput liar dan bunga anyelir di halaman rumah kita. Berdirilah di bawah air terjun itu Nak. Nikmati setiap tetes kehidupan dari Tuhan itu sebagai anugerah.” Begitu selalu ucap bunda menyuruh kami bermain air terjun di bawah talang rumah. Kami be