Postingan

(Artikel)... Luruskan Niat

Hari ini Senin adalah dua hari terakhir di penghujung bulan Februari 2017. Hari yang menguak takbir, bahwa diriku genap enam bulan tidak pernah mengotak atik kata menjadi sebuah cerita. Sesekali menulis hanya di status media sosial yang gak begitu penting penting amat sehingga tidak ada satu teman pun yang mengomentari statusku ☺. Semua itu terjadi berawal dari kusak kusuk di jagad maya, tentang kehebohan pemilihan kepala daerah di berbagai wilayah di Indonesia. Pilkada adalah sebuah rutinitas, pesta lima tahunan dimana rakyat diikutkan “berpesta” untuk memilih seorang pemimpin di Propinsi ataupun di kabupaten/Kota. Namun enam bulan terakhir, pilkada di DKI menjadi sebuah fenomena, di mana perebutan “kekuasaan” dan “pengaruh” sangat kental nuansa peperangan dari tiga kubu. Banyak orang bilang Pilkada rasa Pilpres. Seolah ada “kekuatan” yang ingin mendulang di air keruh. Banyak buzzer yang begitu mudah menghembuskan fitnah untuk mendukung pasangan yang dibelanya. Tak peduli benar

(Puisi).... Memasung Rindu

Memasung Rindu *  Pada rintik hujan meluruh Duapuluh Sembilan Nopember lalu Sejenak kutemukan telaga biru Laksana alunan larik mendayu Ingin kureguk sepenuh kalbu * Langgam   senantiasa menggugah bertalu Merahimi segumpal sahdu Sekian lama telah berlalu Puisi itu kini membeku Namun mampu memasung rindu **   Lereng SumbingSIndoro, Januari2017

Mengendalikan Emosi Itu (Tak) Susah

  Marah itu manusiawi. Setiap orang pasti pernah merasakan marah. Saat emosi tersulut seluruh syaraf wajah bekerja secara maksimal sehingga ketika kita berhadapan dengan orang yang sedang marah bin emosi, yang nampak wajah merah mengerikan. Udah masalah tidak terselesaikan energi terlanjur terkuras habis. Nah,, untuk mengurangi efek negatif yang timbul sebaiknya perlu mengelola kemarahan secara bijak (qeqeqe.. bisa-bisanya “menasehati” orang lain, mengelola kemarahan diri sendiri aja belum becus, kesenggol dikit aja langsung nyolot. Alamak….). Menahan amarah itu bukan perkara yang gampang, susaaaaah banget untuk bisa menahan emosi. Ketika ada seseorang bikin gara-gara yang memancing emosi, rasanya darah langsung mengalir ke ubun-ubun. sudah barang tentu mata nyolot kemerahan, tangan gemeteran pengen gampar, mulut rasanya pengen ngeluarin makian sumpah serapah sehari semalem. Keren ya! Udah pada ngerti belum, menurut hadist Nabi, orang kuat itu bukan orang yang jago be

Malaikatku

Aku menanti hadirnya pelangi Aku suka keindahannya, Seperti matamu, Ibu. ** Pernah suatu waktu Di kala aku masih begitu susah tuk berdiri Pernah kurasakan, lembut tanganmu - selembut kasihmu, Menopang dengan hatimu agar aku dapat tegak berdiri. Berjalan sendiri…. Perlahan…Walau tertatih… ** Katamu hidup tak perlu tergesa-gesa, Perlahan saja namun pasti. Tak perlu berlari secepat harimau berjalanlah walau terlihat lamban bagai kura-kura. Bila saatnya tiba Pasti indah pada waktunya ** Ibu Malaikat menjelma pada segala kebaikanmu Bidadari menjelma pada segala kecantikanmu ** Ibu.. Kau bukan dokter : namun slalu mampu obati sakitku Kau bukan guru : namun slalu mampu jawab segala tanyaku Kau bukan psikolog : namun slalu mampu tenangkanku Kau bukan polisi : namun mampu dengan sempurna menjagaku Kau bukanlah chef : namun masakanmu slalu membuatku rindu ** Ibu Pada nisanmu aku bersimpuh Bertekuk lutut pada luluh