Postingan

Rasa yang menguar

Gambar
Gambar hanyalah pemanis belaka Malam ini tetiba saya ingin menulis tentang rasa yang menguar di dada sejak hari raya menjelang hingga berlalu dengan banyak cerita.  Rasa pertama yang mengusik saat saya bersilaturahmi di hari raya. Bertemu dengan pelaku usaha kecil. Mereka bercerita kecewa dengan cara pemaketan hampers dari komunitas. Bayangkan, ada pelaku usaha memproduksi kue kering (bukan dia yang bercerita, tapi lewat mulut orang lain yang dipercaya), dengan harapan memanen laba di hari raya, riang gembira dia menyetor hasil produksi yang diharuskan sebanyak 100 paket. 2 atau 3 hari menjelang hari raya, dia ditelepon untuk mengambil hasil penjualan. Ada rasa yang tak bisa diungkapkan saat itu. Bayangannya pupus!!!. Dia disuruh membawa sisa barang yang hanya terbeli 13 paket. Bayangiiinnn.. modal yang dikeluarkan tidak sedikit tapi harapannya menguap begitu saja. Sedih dan  sumpek pastinya. Akhirnya teman teman pelaku usaha lainnya yang mendukung dengan membeli yang sebenarnya tidak

Merapi : Tak Pernah Ingkar Janji

Kemarin siang,  Ia terbangun jenak Meliuk, meregang, menggeliat Hempaskan rasa penat Atas kandungan terlampau berat Merapi bukan tengah bersolek Bibirnya merah merekah Memuntahkan gumam takbir  Illah..illah..illah...Allah Merapi tak lagi merana Ia gemuruhkan sedetak rasa Hamburkan sebagian isi rahim Tunduk agung atas sabda pemilikNYA. Sepagi ini, Rintik abu masih setia menghujani hamparan bumi  Kirim pesan sepenuh cinta Limpahan rezeki di negri loh jinawi Merapi tak pernah ingkar janji. Lereng SuSi,12Maret2023

Bahala di Negri Harapan.

Di tanah harapan,  Asa koyak dalam semalam.  Terkubur bersama puingpuing ketakutan,  Jerit tangis menggema, menggumam. Berpacu melawan waktu  Menggeretak dalam gigil  Menggapai jiwajiwa nyala  Sebelum redup di balik bongkah keangkuhan.   Aroma menguar di dataran Syam.  Temukan secercah binar sang dara  Tumpah kasih pada adinda  Tak hirau lukaluka mendera   Negri para nabi tengah mengabdi   Bahala ikuti alunan sabda illahi   Tundukkan napsu keserakahan   Keruk tuntas rahim bumi  Dari lintas katulistiwa Ibu pertiwi turut berduka  Rapal baitbait mantra doa  Untuk saudara kita berkalang nestapa  Di negri yang di berkahi.  LerengSuSi,080223

Peran Perempuan Bagai Ratu (tak) Bermahkota, Tapi Ada Surga di Telapak Kaki

Gambar
  foto koleksi Memey Hari Rabu sore tanggal 21 Desember 2022, telepon genggam saya  berdering. Saat melirik ke layar ternyata panggilan dari bu Lurah. Buru-buru saya angkat telepon takut ada hal yang mengharuskan saya mengambil keputusan penting (😆semoga yang membaca pada percaya ya!). Setelah menanyakan kabar beliau meminta saya mewakili mengikuti seminar peringatan hari Ibu hari Kamis, 22 Desember 2022 tingkat Kabupaten. Atas nama sebuah loyalitas warga untuk pimpinan dan lingkungan (ciee…), saya “iyakin” saja dong. Eh.. ternyata oh ternyata, di undangan tertulis agar mengenakan busana nasional. Alamakjaaah, segera saya bongkar lemari dan mencoba beberapa kebaya koleksi. Bukan mau bergaya bijimanaaa gituuh, semata menyadari bahwa lemak telah bersatu padu, berkumpul pada masanya di titik-titik tertentu. 😆. Terbuktikaaan!!! Dari seluruh koleksi yang ada (kebaya cumak dua potong diaku koleksi! hiks😋), hanya ada satu kebaya yang bisa menyesuaikan tubuh ini beserta gelambir lemaknya.

Al-Anam : Lima Puluh Tiga

  Saat sisi liarku meronta Melihat dunia penuh pesona Pertanyakan keadilan Tuhan Iri dengki menghentak di dada Bergelinjang menebar lara   Dalam gundah gulana Kuambil buku di meja Kusimak kata per kata Netra tertumbuk satu kalimah   Al-Anam lima puluh tiga Allah akan uji sebagian miskin dari mereka Dan diuji sebagian menjadi kaya Hingga manusia berkata : “orang macam inikah diantara kita yang diberi anugerah olehNya?”   Ingatlah duhai hati nestapa DIA tahu tentang kita Siapa yang senantiasa Berucap syukur padaNya   Sunatullah telah bergema : hidup miskin – hidup kaya : hati susah – hati senang : orang tua – anak muda, Berserak di segala penjuru fana Kita adalah sama Pembeda hanyalah taqwa   Duhai Pembuat Jiwa Tenang Luruh sudah gelisah menerpa Qada dan qodar telah bersabda Semua atas kehendakNya Lereng Sumbing Sindoro, 20 Januari 2015 repost 5 September 2022          

Rasa yang Kupintal

  Pada gemuruh rasa Endaplah di relung terdalam Bukan untuk diumbar Hanya sekedar penggugah jiwa terperam * Pada gelegar rasa Kututup dengan seksama Agar tak pekakkan lara Yang kerontang dalam jiwa * Pada selubung rasa Tak koyak terbalut masa Dari terbenamnya bintang Hingga lembayung senja menjelang * Pada bilur bilur rasa   Kupintal dengan sepenuh jiwa Antara torehan ancala cita dan asa Dalam endapan senandung penuh makna * 10 Juli 2017, #ditulis untuk seseorang yang telah mengisi separuh hati #peringatan ke 16 pernikahan

Cerita Malam Pertamaku yang mendebarkan

  Setiap pulang menghadiri walimatul ursy atau kondangan penganten, saya selalu teringat malam pertama kami yang paling mendebarkan. Meskipun itu sudah terjadi sekian tahun yang lalu, namun pengalaman pertama selalu menggoda dan mengesankan bukan?   Seperti yang terjadi di lingkungan saya. Ada anak baru yang mengajukan cuti menikah. Setelah masuk ke kantor pertama kali yang ditanya   bagaimana   kesan malam pertama oleh teman teman. Yang pemalu hanya bisa senyam senyum dikerjain teman temannya. Naaah.. anak ini lebih terbuka dan bercerita dengan polosnya hingga menimbulkan tawa teman sekitar. Mungkin terkesan tidak sopan, tapi bagaimanapun juga saya ingin menceritakan   malam pertama setelah akad nikah yang begituuu mengesankan. Istimewa . Jadi gini ceritanya teman teman. Malam itu setelah resepsi usai dan tidak ada tamu lagi, untuk pertama kalinya kami sekamar berdua, buka baju dan berganti. Hiks. Setelah bebersih segalanya, kami memulai ritual malam pertama dengan mengambil air