Postingan

Belajar pada Alam

Bersabar seperti matahari Meski banyak yang menghindari Perempuan berbedak sunscreen, Berpayung selubungi diri Sesekali berkeluh atas teriknya Ia tetap setia menjadi pelita   Berpendar seperti rembulan Meski cahaya tidak sempurna Membias seluruh gelap malam Ia mampu menarik minat muda mudi Berdiam diri menikmati purnama Melarut pada bulan sabit menggamit   Berdiam seperti langit biru Tak pernah jenuh naungi bumi Tanpa tiang - tiang pancang Agar manusia mampu rasakan Tanda - tanda terang dan gelap Yang dikirim dari dirgantara   Berpasrah seperti bumi Rela diinjak sepanjang janji Dilukai, dikuliti, ditebang, digunduli Dikeruk   sedalam kerakusan syahwati Ia tetap setia menjaga rahim Agar terjaga keselamatan pertiwi   Tak mungkin matahari mendahului bulan Tak mungkin bumi berjumpa langit Mereka bergerak sesuai sabdaNYa Bila ada secuil rasa ingin berbeda Pastilah memberi isyarat bagi manusia Segera merunduk,   menebar kebajik

Perempuan tangguh dari Negri Bahari

  Tak pernah sedikitpun terbersit Saban hari berkubang gigil Menggeret kapal dari buritan Menuju samudra karib harian   Sepuluh tahun lampau. Sunarti dan   perempuan lain dari Timbulsloko, Demak Hanyalah seorang ibu yang lemah Tak lelah menanti sembari merepihkan sebait doa   Untuk para suami pejuang Mengarungi   dahsyatnya samudra Membawa hasil tangkapan ikan Bagi keberlangsungan kehidupan keluarga   Karena perubahan iklim berdampak Kini ia terpaksa bergelut dengan ombak Melakoni pekerjaan bukan angan Hanya karena tak ada pilihan Mencari secuil harapan Agar mampu bertahan dari gempuran zaman   Para perempuan bahari tangguh Riyawatmu telah berubah Kepasrahan menjadikan perkasa Kokoh menjadi penyangga utama Lereng Susi/6 OKtober 2023

Elegi "Lemak" Bersaksi

Pada sepertiga harus terhenti, memberi ruang bayu dan tirta berkelana mengisi lorong-lorong,  Aku abaikan! Nafsu tengah membekap,   melahapkan semua ingin pada mulut-mulut lebar, penuhi labirin setiap saat, tinggalkan jejak tapak demi setapak. Tak peduli pada sebuah realita, bahwa pada rongga- rongga tersisa, seluruhnya berdetak menuju zenit, memuntahkan gumpalan lahar-lahar membelit. Tiga bulan dalam ketamakan, dia terus membungakan keinginan, meski sejenak telah memberi tanda nada bukan sebuah lapar   hanya sebuah nafsu membesar. Kini di tiga bulan mengulum hawa, lemak darah meniti tangga puncak, menggumpalkan sesal pada aliran, sebagian menggelambirkan pada perut membusung, sebagian berkelana mencari jatidiri menjejalkan segala nyeri. Tertatih langkah kaki menahan derita, tetiba dunia menjadi gelap! Sebelum terkapar jatuh ke tanah, mata nanar, tengkuk serasa diikat batu, berat dan tinggalkan memar. Dalam ketidakberdayaan sayup terdengar petuah lama dari paderi di ujung n

Langit Biru Palestina, Riwayatmu.

 

Bergerak Dengan Nurani

Empatbelas Februari ,hari yang ditunggu Segenap rasa ungkap cinta sendalu Hamburkan segenggam kasih syahdu Meloncengkan genta merepih kalbu Pada segenap jiwa merindu   Berdetak hati menghitung hari demi hari Menunggu titian bergerak suci Sura dan Sulu menjadi saksi Tuk labuhkan seluruh ekspektasi Di ujung dermaga suara bernyanyi   Sura suara rakyat Indonesia Sulu seluruh suara pemilu menggema Serentak berpadu mainkan orkresta Jatuhkan pilihan pada pemimpin sujana Jangan pada para pemimpi durjana   Bersatulah wahai anak bumi pertiwi Saatnya tunjukkan baktimu pada negeri Pilihlah berdasar hati nurani Abaikan politisi angkuh penjual mimpi Hanya engkau yang sanggup lawan tirani   LerengSusi,  19Juni 2023    

Aku Ingin Seperti Pohon

  Ia ikhlas menjalani takdir   Tak pernah meminta pada Tuhan   Atas jalan kehidupan yang hendak dilalui    Ia mampu   melebat di tempat basah     Namun mampu pula bertahan di lahan kerontang      Seraya menasbihkan kalamMu.        Tak pernah memilih siapa yang menanam      Entah orang kaya orang miskin, laki-laki perempuan      Orangtua kanak-kanak, orang normal orang gila      Pohon selalu menggairah, terus bertumbuh        Akar kuat menggenggam bumi     Batang   tumbuh menantang langit    Dahan mencuat ke samping   Ranting mengangguk angguk   Daun rimbun memayungi jiwajiwa rengsa Mengalunkan sajak tentang sejuknya sepoi.   Lereng Susi/ Iedul Fitri/22 April 2023 #telah terbit dalam Antologi "Pohon"

Pohon Rambutan di Rumah Embah

  Ada setumpuk kenangan Melihat pohon rambutan di halaman depan Tidak berubah meski terlihat renta Berdiri tegak di secuil tanah harapan Terdekap oleh temboktembok angkuh   Sesekali terdengar gemerisik daun Desaunya menggerayang jiwa Menari bersama sepoi angin Mengirimkan sececap rindu Atas sejuk menggelayuti raga   Dia mengajariku tentang sebuah elan Tak letih terus bertumbuh Meski tak ada lagi sudi melirik Atau sekadar   menyapanya   Seperti dulu saat masih kanak, Saban hari tak lelah memelukmu erat Meniti pelan menjulang ke atas Seakan hendak menembus langit Berhenti untuk bercengkrama Pada dahan dahan kuat   Ia tak pernah patah hati, Meski gerumbul rambutan dipetik berkali Ia tetap setia pada janji Memberikan kenangan termanis yang dimiliki   Lereng Susi, 6 april 2023 #Terbit Dalam Antologi "Pohon"